Prabu Geusan Ulun adalah tokoh yang cukup penting pada masa lampau.
Beliau adalah pengganti Ratu Pucuk Umun yang merupakan raja pertama
Kerajaan Sumedanglarang yang beragama Islam. Pada waktu Prabu Geusan
Ulun berkuasa dengan pusat pemerintahan di Kutamaya, Sumedang; di Tatar
Sunda terjadi perubahan politik yang cukup besar, yaitu berakhirnya
kekuasaan Kerajaan Sunda-Pajajaran yang Hinduistis akibat tekanan dari
Kesultanan Banten. Di tengah keadaan khaos tersebut, Prabu Geusan Ulun
memproklamasikan diri sebagai penerus kekuasaan Kerajaan Sunda-Pajajaran
dengan wilayah yang hampir meliputi Tatar Sunda tanpa Banten, Sunda
Kelapa, dan Cirebon. Dukungan mengalir dari para pembesar Kerajaan
Sunda-Pajajaran, antara lain dari Jayaperkosa, Nangganan, Kondang Hapa,
dan Sayang Hawu.
Legitimasi tersebut diperkuat dengan diserahkannya
mahkota kerajaan Binokasih yang sekarang disimpan di museum di Sumedang.
Peristiwa yang cukup penting lainnya adalah pemindahan pusat
pemerintahan kerajaan dari Kutamaya ke Dayeuh Luhur. Pemindahan ini
salah satunya disebabkan adanya konflik antara Kerajaan Sumedanglarang
dengan Kesultanan Cirebon. Prabu Geusan Ulun meninggal pada tahun 1601
dan dimakamkan di Dayeuh Luhur. Penggantinya adalah Pangeran
Suriadiwangsa yang merupakan putranya dan oleh penggantinya pusat
pemerintahan dipindah ke Tegal Kalong, di Kota Sumedang sekarang.
Sesuai dengan namanya, dayeuh yang dalam bahasa Sunda berarti kota
dan luhur yang berarti tinggi; Dayeuh Luhur terletak di daerah yang
cukup tinggi. Desa Dayeuh Luhur terletak di bagian puncak Gunung
Rengganis. Untuk mencapai desa ini relatif mudah dengan kendaraan roda
dua dan empat. Jalan beraspal sudah sampai ke desa tersebut. Desa
Dayeuh Luhur dijangkau dari Kota Sumedang ke arah Ganeas, setelah sampai
Ganeas dilanjutkan ke arah selatan ke Dayeuh Luhur melewati jalan yang
terus menanjak sekitar 7 km. Di kiri kanan jalan ke tujuan tampak
panorama yang bagus, di sebelah kiri akan terlihat persawahan,
pegunungan, Kota Sumedang dan daerah-daerah yang lainnya. Demikian juga
pada pemandangan yang terletak di sebelah kiri jalan, akan terlihat
persawahan, permukiman, dan pegunungan. Di desa yang pada masa lampau
pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sumedanglarang inilah
terdapat makam yang cukup banyak didatangi oleh peziarah dari berbagai
daerah.
Makam Prabu Geusan Ulun terletak di bagian utara desa di sisi barat
jalan desa. Makam tersebut berada di tengah kompleks makam yang secara
umum dibagi menjadi 3 bagian. Makam dikelilingi oleh jalan desa di
sebelah timur, lapang parkir di sebelah selatan, hutan di sebelah utara
dan barat. Gerbang makam terletak di bagian selatan. Bagian pertama yang
terletak di dekat pintu gerbang makam atau bagian terbawah berisi makam
para juru kunci. Bagian kedua yang terletak di bagian yang lebih tinggi
dari bagian pertama dan di sisi barat ruas jalan menuju makam Prabu
Geusan Ulun terdapat makam istri Prabu Geusan Ulun, yaitu Ratu
Harisbaya. Bagian ketiga yang merupakan bagian paling belakang dan
paling utara serta terrtinggi di kompleks makam tersebut terdapat makam
Prabu Geusan Ulun. Makam dikelilingi tembok keliling dan pintu gerbang
di sebelah selatan. Selain berisi makam Prabu Geusan Ulun terdapat juga
beberapa makam salah satu di antaranya adalah makam Rangga Gempolyang
meninggal dan dimakamkan di daerah Yogyakarta kemudian dipindah ke
Dayeuh Luhur. Makam Prabu Geusan berorientasi utara-selatan ditandai
adanya jirat 3 teras dari keramik dan nisan pada bagian kepala dan kaki.
Makam dinaungi cungkup berupa bangunan terbuka. Pada bagian barat makam
terdapat ruangan yang dipakai sebagai tempat beribadah dan menginap
para peziarah. Makam ini telah mengalami beberapa kali pemugaran.
Di bagian selatan kompleks makam terdapat areal parkir yang cukup
luas dilengkapi dengan pos penjagaan dan kios-kios di sisi selatannya.
Di sebelah selatan dan timur areal parkir terdapat pemukiman, sedangkan
masjid sebagai tempat ibadah masyarakat yang sebagian besar beragama
Islam terdapat di bagian selatan areal parkir.