Makhluk Halus yang Menakutkan dari Kalimantan Barat

Berikut ini ada Makhluk mahluk mistik yang menakutkan dari Kalimantan Barat berikut ini.

1. Kuntilanak (Pontianak)

Kuntilanak atau Pontianak merupakan jenis hantu yang sangat umum diketahui oleh penduduk Kalimantan Barat bahkan oleh semua warga Indonesia. Hantu Pontianak sering digambarkan sebagai wujud wanita cantik yang berambut sangat panjang dan berbaju putih. Suara tertawanya seram dan kebanyakan meringkih.Lokasi diduga sering ditemukan : kuburan, pohon, rumah tua dan hutan.

2. Hantu jaring (hantu hujan panas)

Hantu ini muncul pada saat hujan panas. Diyakini oleh orang Kalimantan Barat sering menggangu anak kecil denga menyembunyikannya. Untuk menangkalnya biasanya dengan menyisipkan daun atau rumput di daun telinga. Lokasi diduga sering ditemukan : belakang rumah, sawah dan lapangan.

3. Jembalang tanah

Hantu yang berada di hutan-hutan. Diyakini sering mengganggu pejalan kaki dan mengakibatkan kaki korban bengkak tidak bisa berjalan. Lokasi diduga sering ditemukan : hutan dan lapangan.

4. Hantu Penanggal

Hantu ini berwujud kepala yang dilengkapi dengan organ dari leher sampai perut tetapi tanpa badan (hanya organnya saja). Mobilisasi dengan terbang menggunakan telinganya yang lebar. Sering mengganggu hewan atau manusia yang akan melahirkan serta diyakini biasanya memakan telur ayam peliharaan penduduk. Menurut cerita, hantu leak memiliki badan seperti manusia dan pada saat akan mengganggu penduduk, kepalanya beserta organ dalamnya keluar dari tubuh. Untuk membunuhnya dapat menggunakan daun jeruju atau duri dan dimasukkan ke dalam rongga tubuh yang ditinggalkan tadi. Ada juga yang mengatakan dapat dibunuh dengan memutar posisi badan yang ditinggalkannya. Lokasi diduga sering ditemukan : kandang ayam, rumah bersalin dan rumah penduduk yang akan melahirkan.

5. Bute

Hantu ini berwujud sapi dengan ukuran yang besar. Dapat mengganggu manusia yang masuk ke hutan, tetapi biasanya mengganggu sapi ternak penduduk yang dapat mengakibatkan kematian ternak dengan mukut yang berbuih. Lokasi diduga sering ditemukan : hutan, kebun, lapangan, semak dan kandang sapi.

6. Balai seribu

Jenis hantu ini sering menggangu orang yang masuk ke hutan yang lebat. Kedatangannya ditandai dengan angin kencang. Tidak begitu jelas deskripsi atau wujudnya.Diyakini dapat menyebabkan kematian. Lokasi diduga sering ditemukan : hutan belantara.

7. Hantu kambe’

Hantu kambe’ merupakan jenis hantu yang berwujud setengah kambing (binatang) dan setengah manusia. Ada yang menceritakan hantu ini memiliki badan manusia dengan rambut yang panjang dan berkaki kambing (seperti faun dalam dongeng eropa), tetapi ada juga yang meyakini hantu ini berwujud seperti kambing dengan surai yang panjang. Hntu ini bertubuh kerdil dan biasanya mengganggu kambing. Kehadirannya biasanya diikuti dengan suara kambing ribut yang diyakini disebabkan hantu ini ikut menyusu pada induk kambing. Lokasi diduga sering ditemukan : semak berlukar dan kandang kambing.

8. Rabing

Rabing berwujud seperti tikar yang terdapat di dalam air. Biasanya mendiami sungai-sungai yang angker dan sewaktu-waktu muncul kepermukaan. Hantu ini dapat menggulung manusia yang berenang sehinga dapat kehilangan nyawa karena lemas. Kadang-kadang juga digambarkan sebagai sosok makhluk seperti labi-labi. Lokasi diduga sering ditemukan : sungai dan danau.



Keris Dan Pria

Dimasa lalu, setiap pria Jawa terutama bangsawan dan priyayi, pada saat menjalankan tugasnya sehari-hari, selalu mengenakan busana tradisional lengkap dengan sebilah keris dipinggangnya. Setiap priyayi paling tidak memiliki dua buah, satu untuk dipakai harian, sedangkan yang lain untuk upacara resmi dan upacara di karaton. Tentu saja, keris yang kedua mempunyai kualitas dan penampilan yang lebih bagus.

Dizaman kuno, keris dipergunakan sebagai senjata untuk berperang ataupun untuk bertarung satu lawan satu. Pada saat ini, fungsi keris adalah untuk pelengkap busana tradisional. Namun demikian, keris tetap dihargai, diperlakukan dengan baik. Orang tradisional menghargai keris sebagai pusaka yang berharga dan barang seni yang bernilai tinggi. Keris dinilai berkualitas tinggi, kalau mempunyai penampilan fisik yang anggun dan punya daya spiritual yang bagus.

Orang Yang Sempurna
Menurut penilaian tradisional Jawa, seseorang telah dianggap sempurna kalau dia telah mempunyai lima hal, yaitu: Wismo, Wanito, Kukilo, Turonggo dan Curigo/Keris. Penjelasan singkatnya sebagai berikut :

   1. Wismo artinya rumah. Orang yang telah mempunyai rumah tentunya penghasilannya cukup dan hidupnya mapan.

   2. Wanito. Orang yang telah kawin dan punya istri ( demikian pula tentunya seorang wanita yang telah menikah), artinya telah memilih jalan hidup yang benar dan bertanggung jawab.

   3. Kukilo artinya burung. Penjelasan filosofisnya adalah : nyanyian burung itu merdu bagai music atau alunan gamelan. Mendengar suara lembut, orang merasa tenang, enak, bahagia. Alangkah indahnya, bila seorang ayah,kepala keluarga berbicara dengan suara lembut ,itu tentu sangat menenangkan dan menyenangkan seluruh keluarga.

   4. Turonggo artinya kuda. Kuda adalah alat trransportasi yang praktis dimasa lalu. Dia bisa dipakai menarik andong ataupun bisa ditunganggi untuk bepergian. Dalam hal ini, orang hendaknya memiliki kendaraan kehidupan ( mempunyai jalan hidup) yang bisa dengan baik dikendalikan supaya hidupnya mapan.

   5. Curigo atau Keris. Kris itu tajam ujungnya. Ini melambangkan ketajaman pikir. Adalah sangat penting orang punya pikiran yang tajam dengan wawasan yang luas. Itu adalah urutan dimasa dulu. Kini, ada yang menyatakan bahwa urutan pertamanya adalah keris dengan alasan : otak yang cemerlang, intelligentsia adalah paling penting.

Wahyu Keraton di dalam Keris Jawa

Di dalam dunia perkerisan dikenal adanya keris-keris khusus yang hanya patut dimiliki oleh orang-orang tertentu saja sesuai peruntukkan kerisnya, tidak semua orang cocok memilikinya dan tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat dari keris-keris itu.

Sebagian keris-keris yang bersifat khusus adalah yang disebut sebagai Keris Keraton, yaitu keris-keris yang maksud dan tujuan pembuatannya adalah untuk menjadi lambang kebesaran sebuah kerajaan / kadipaten / kabupaten, yang biasanya terkandung di dalamnya apa yang disebut sebagai Wahyu Keraton.

Yang dimaksud sebagai Keris Keraton bukanlah semua keris yang dimiliki oleh sebuah keraton, atau pun semua keris yang menjadi perbendaharaan sebuah keraton dan disimpan di dalam ruang pusaka kerajaan. Keris Keraton ini adalah keris-keris yang dalam pembuatannya khusus ditujukan untuk menjadi pusaka lambang kebesaran sebuah keraton (kerajaan, kadipaten / kabupaten), untuk dipasangkan dengan wahyu kepemimpinan yang sudah ada pada orang yang menjadi pemimpin di keraton tersebut.

Pengertian keraton adalah bukan semata-mata sebuah bangunan keraton yang menjadi istana raja / adipati / bupati. Sebuah keraton melambangkan kebesaran sebuah pemerintahan. Bangunannya sendiri hanyalah simbol dari adanya sebuah pemerintahan.

Keris Keraton dan Keris Pusaka Kerajaan agak sulit membedakannya. Orang harus memiliki spiritualitas yang tinggi untuk bisa membedakan kandungan wahyu di dalam masing-masing keris untuk bisa membedakan mana yang adalah Keris Keraton dan mana yang bukan Keris Keraton tetapi dijadikan Pusaka Kerajaan dan diperlakukan sama seperti sebuah Keris Keraton.

Dalam pengertian Keris Keraton, pusaka yang menjadi lambang kebesaran sebuah keraton, terkandung di dalamnya apa yang biasa disebut Wahyu Keraton. Jenis-jenis pusaka itu tidak boleh dipakai oleh sembarang orang, termasuk walaupun ia adalah anak seorang raja. Hanya orang-orang yang sudah menerima wahyu keraton / keprabon saja yang boleh memakainya, sehingga wahyu di dalam orang itu dan wahyu dari kerisnya akan mewujudkan sebuah sinergi kegaiban, yang kegaibannya tidak akan bisa disamai oleh jenis-jenis pusaka lain.

Keris-keris yang dalam pembuatannya khusus ditujukan untuk menjadi pusaka lambang kebesaran dan yang untuk menjadi keris-keris pusaka keraton (kerajaan, kadipaten / kabupaten), yang maksud pembuatannya ditujukan untuk dipasangkan dengan wahyu keprabon atau wahyu kepemimpinan yang sudah ada pada diri seseorang, memiliki tuah yang luar biasa, yang tidak bisa disejajarkan dengan keris-keris yang umum ataupun jimat-jimat dan mustika. Selain biasanya kerisnya berkesaktian tinggi, tuah dan wibawanya pun tidak sebatas hanya melingkupi diri manusia pemakainya, tetapi melingkupi suatu area yang luas yang menjadi wilayah kekuasaan yang harus dinaunginya. Biasanya sosok gaibnya juga adalah raja dan penguasa di alamnya. Karakter isi gaibnya menyerupai perwatakan wahyu keprabon yang menjadikan para mahluk halus dan manusia di dalam lingkup kekuasaannya menghormati si keris dan si manusia sebagai pemimpin dan penguasa di wilayah itu.

Sesuai sebutannya sebagai Keris Keraton, keris-keris itu mengandung di dalamnya apa yang disebut sebagai Wahyu Keraton, yaitu wahyu kepemimpinan dan kepangkatan, yang akan dapat mengantarkan manusia pemiliknya kepada posisi yang tinggi sebagai seorang kepala pemerintahan, menjadi raja, kepala negara atau kepala daerah, sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya.

Di bawah keris keraton, ada keris-keris lain yang mengandung di dalamnya apa yang disebut sebagai wahyu kepangkatan dan derajat, yaitu wahyu yang akan dapat mengantarkan manusia pemiliknya kepada posisi / jabatan yang tinggi setingkat menteri atau wakil kepala pemerintahan di dalam pemerintahan pusat ataupun daerah, sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya.

Keris-keris yang bersifat khusus di atas hanya patut dimiliki oleh orang-orang tertentu saja yang sesuai dengan tujuan keris-keris itu diciptakan, bukan untuk orang kebanyakan.

Keris-keris wahyu tersebut akan  efektif  bekerja  hanya  pada manusia pemiliknya yang sudah memiliki wahyu kepemimpinan / kepangkatan dalam dirinya, atau sesudah dimiliki oleh seorang keturunan yang cocok untuk menjadi wadah wahyunya.

Jika keris-keris itu sudah dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan peruntukkan kerisnya, keris-keris itu akan memancarkan aura wibawanya dan akan dapat mengantarkan orang tersebut kepada posisi yang tinggi sesuai dengan peruntukkan kerisnya dan akan membantunya mengamankan posisi dan jabatannya dari gangguan atau perbuatan orang lain yang merongrong martabat dan kewibawaannya.

Karena itulah pada masanya, mungkin juga sampai sekarang, banyak orang memiliki pengertian yang salah, seolah-olah siapa saja yang memiliki pusaka-pusaka keraton itu akan dapat menjadikannya lebih mudah menduduki tahta kekuasaan, sehingga banyak orang yang memiliki pamrih atas pusaka-pusaka tersebut.

Padahal segala sesuatunya tergantung pada orang itu sendiri, dan tergantung kepadanya juga apakah jiwa pusaka-pusaka keraton itu dapat luluh atau tidak ke dalam dirinya. Itulah yang disebut wahyu. Dan wahyu itu tidak dapat diperoleh hanya melalui pemilikan keris saja. Untuk dapat menerima wahyu, seseorang harus menjadikan dirinya sebagai wadah yang sesuai dengan watak dan sifat-sifat wahyunya. Karena itulah untuk dapat menerima sebuah wahyu seseorang harus bekerja keras, mesu raga penuh keprihatinan dan membentuk sifat-sifat kepribadian dan perbuatan yang sesuai dengan sifat-sifat wahyunya.

Seseorang yang memiliki sebuah keris pusaka keraton, bukanlah jaminan bahwa orang itu akan dapat mencapai tampuk pemerintahan selama jiwa orang tersebut masih belum luluh dengan jiwa keris-keris itu. Apabila seseorang telah benar-benar menguasai keris-keris tersebut, serta jiwa keris-keris itu telah luluh ke dalam dirinya, barulah orang tersebut mendapatkan sipat kandel  yang sebenarnya. Selama masih ada selisih kebatinan antara seseorang dengan keris-keris itu, maka selama itu pula keris-keris keramat tersebut tidak akan berguna.

Karena itulah, meskipun seseorang berhasil menyimpan keris-keris itu untuk dirinya sendiri, dan seandainya dia ingin meraih tampuk pemerintahan, tidak akan dapat dicapainya dengan bantuan keris-keris itu, karena jiwa keris-keris itu tidak dapat luluh ke dalam dirinya. Itulah yang terjadi pada orang-orang yang berambisi menjadi penguasa, walaupun mereka membekali dirinya dengan bermacam-macam pusaka, tetapi tuah pusaka-pusaka itu tidak dapat menyatu dengan dirinya. Yang kemudian terjadi adalah keberadaan mereka hanya membuat kacau keadaan, pemerintahan yang tengah berjalan menjadi goyah karena digerilya oleh orang-orang tersebut. Rakyat yang menjadi korban.

Demikianlah keris-keris tersebut baru akan bermanfaat bagi pemiliknya apabila jiwa keris-keris itu telah luluh ke dalam dirinya.


Contohnya adalah keris-keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten, yang fisiknya cemerlang seperti emas dan intan. Apabila mereka telah luluh ke dalam diri seseorang, maka kecemerlangannya akan hilang, menjadi seperti keris biasa saja yang bersalutkan emas dan intan. Dan orang, yang jiwa keris-keris itu luluh ke dalam dirinya, orang itu akan memiliki sifat-sifat khusus yang meresap di dalam dirinya.

Kyai Nagasasra mempunyai karakter berwibawa, disujuti oleh kawula, dicintai dan dihormati rakyat, berperikemanusiaan, melindungi dan memberi kesejahteraan kepada rakyat.

Kyai Sabuk Inten mempunyai watak seperti lautan, luas tak bertepi, menampung arus sungai dan banjir yang bagaimanapun besarnya. Dan airnya selalu bergerak ke tempat yang membutuhkannya, tetapi gelombangnya dapat menunjukkan kedahsyatannya bila diperlukan.

Keris-keris Nagasasra dan Sabuk Inten melambangkan perwatakan Dewa Wisnu.

Keris-keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten masih harus dilengkapi dengan Kyai Sengkelat, keris yang juga tidak kalah pentingnya. Keris yang memiliki watak lengkap seorang prajurit sejati, mewakili perwatakan Dewa Hanoman, yang setia dan patuh pada kewajibannya, yang bekerja dan berjuang bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk tanah tumpah darah dan rakyatnya dengan penuh kejujuran dan tanpa pamrih, dan setia menjalankan perintah-perintah Yang Maha Kuasa.


Watak-watak manusia yang demikianlah yang dicari oleh mereka, yang diharapkan layak dan mampu menjadi pemimpin dan berbudi luhur, sejalan dengan watak dari keris-keris tersebut. Karenanya kesejahteraan rakyat dapat dijamin dan memberi kesempatan mengalirkan bantuannya kepada yang membutuhkannya.

Itulah sebabnya keris-keris tersebut di atas dan keris-keris lain yang dahulu terkenal kesaktiannya, sekarang tidak ada lagi dalam kehidupan manusia. Mereka telah moksa, masuk ke alam gaib bersama dengan fisik kerisnya, karena tidak mau jatuh ke tangan orang-orang yang mereka tidak berkenan. Tetapi pada waktunya nanti sesudah ditemukan sosok manusia yang sesuai dengan perkenan mereka, dengan sendirinya mereka akan datang menggabungkan diri dengan orang tersebut tanpa perlu diminta.

Keris-keris tertentu dulu yang terkenal kesaktian dan tuahnya, karena banyak orang yang ingin memilikinya dan memesan untuk dibuatkan, kemudian banyak dibuatkan tiruan / turunan-nya, sehingga kemudian banyak keris yang bentuknya seragam. Contoh keris yang banyak ditiru adalah keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten dan keris Kyai Sengkelat, dan keris-keris tiruannya sering disebut keris berdapur nagasasra (atau berdapur naga), berdapur sabuk inten atau berdapur sengkelat.

Bila yang membuat keris-keris berdapur naga atau sengkelat itu adalah empu yang sama dengan yang membuat keris aslinya, maka keris-keris itu disebut keris turunannya, tetapi bila yang membuatnya adalah empu lain, maka keris-keris itu disebut keris tiruannya (tetiron).

Situs Pangrumasan Kyai Bagus Santri

Nama Pangrumasan merupakan sebuah dusun di Desa Banjarananyar Kecamatan Banjarsari merupakan sebuah desa , yang terletak di wilayah Ciamis, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pamarican, Sebelah Timur dengan Kecamatan Padaherang, sebelah Utara dengan Desa Cigayam dan sebelah selatan dengan Kecamatan Langkaplancar.

Nama Pangrumasan merupakan situs tinggalan di sebuah dusun Pangrumasan dengan luas kurang lebih 14 Ha , merupakan tinggalan makam keramat Kiyai Bagus Santri seorang ulama Islam penyebar agama Islam di Daerah Banjarananyar dan sekitarnya Dari Kerajaaan Demak.

Sebagai bukti adanya tinggalan makam patilasan di Situs Pangrumasan adanya makam keramat Kiyai Bagus Santri beberapa peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala yang diperkirakan berupa situs antara lain :

a. Situs Pangrumasan
b. Situs Batu Gajah
c. Situs Curug Bandung
d. Kedung Bulan
e. Batu Pangsalatan sekarang terkubur.

Kiyai Bagus Santri diperkirakan masuk ke daerah Banjarannyar Kecamatan Banjasari untuk menyebarkan agama Islam sekitar abad 14 dan 15 semasa kerajaaan Demak yang terkenal dengan Rajanya Raden Fatah. Kiayai Bagus Santri meskipun tokoh Islam yang berdialek suku Jawa akan tetapi tetap bisa diterima oleh masyarakar Banjarananyar dan sekitarnya karena sebagian mayoritas di daerah tersebut bisa berbahasa Jawa karena dimungkinkan adanya urbanisasi Dari daerah Cilacap dan Banyumas yang menetap di daerah tersebut.

Latar Belakang Sejarah
Syahdan salah seorang utusan Kiyai Bagus Santri Dari Kerajaan Demak bermaksud untuk menyebarkan agama Islam di daerah tanah Pasundan atas titah Raden Fatah di daerah Banjarananyar Banjarsari dan sekitarnya. Karena pada waktu itu di daerah Tatah Pasundan berdiri Kerajaan besar Galuh dan Galuh Kawali yang masih menganut agama Hindu, maka Kiyai bagus Santri bermaksud untuk mengIslamkan kedua kerajaan tersebut, akan tetapi karena kedua kerajaan tersebut sangat kuat dan besar pengaruhnya terhadap masyarakatnya, maka Kiyai Bagus Santri berusaha untuk menyebabarkan Agama Islam melalui daerah pinggiran perbukitan dan pegunungan daerah Ciamis Selatan. Karena untuk penyebaran Agama Islam Dari daerah Utara Ciamis dari Kerajaan Cirebon. Akhirnya Kiyai Bagus Santri mendatangi daerah Timiur dan Selatan Tatah Pasundan untuk menyebarkan Agama Islam. Akhirnya beliau di daerah Pangrumasan desa Cigayam yang kemudian dimekarkan menjadi desa Banjarananyar sekarang. Beberapa waktu kemudian akhirnya rombongan Kiyai Bagus Santri dapat diterima oleh masyarakat tersebut untuk memeluk dan bersedia masuk Islam dengan cara damai.

Ritual Adat Setempat
Ritual adat yang selalu dilaksanakan di situs Pangrumasan Patilasan Kiyai Bagus Santri adalah NYIMBUR yaitu : Ritual adat yang biasanya dilaksanakan pada tiap tanggal 14 Maulud, merupakan ungkapan rasa syukur pada Alloh Yang Maha Kuasa yang memberikan rejeki dan menafakuri ajaran Islam Kiyai Bagus santri yang telah menyebarkan Agama Islam pertama sampai sekarang. Ritual nyimbur diisi dengan mediasi tolak bala Dari berbagai penyakit supaya tidak berjangkit pada masyarakat Banjarananyar dan sekitarnya, dengan cara menyemburkan air dari seeng dengan daun hanjuang, air tersebut diambil dari mata air curug Bandung kemudian disemburkan oleh kuncen atau masyarakat kepada seluruh masyarakat yang hadir pada kegiatan tersebut. Kemudian secara bersama-sama membersihkan benda-benda pusaka tinggalan karuhun semasa Kiyai Bagus Santri di tempat Bale Bandung.

Ziarah
Ziarah kliwon biasa dilaksanakan setiap jumat kliwon kecuali jumat kliwon bulan mulud dan jumat kliwon bulan puasa. Biasanya dilaksanakan dengan cara tawasulan bermunajat pada Yang Maha Kuasa supaya diberi kesalamatan lahir dan batin dengan perantaraan mencari berkah di Patilasan Kiayai Bagus Santri, kemudian setelah melakukan ziarah Kliwon mereka makan nasi tumpeng secara bersamaan.

Berdasarkan kondisi dan potensi situs Pangrumasan Patilasan Kiyai Bagus Santri Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis yang memiliki kurang lebih 14 Hektar telah ditemukan beberapa Benda Cagar Budaya yang sangat penting sebagai bukti temuan sejarah kepurbakaan yang ada di situs tersebut. Sehingga perlu ditindaklanjuti keberadanya untuk dijadikan bahan penelitian oleh para ahli kesejarahan dan kepurbakalaan serta arkeolog guna membuktikan bahwa BCB tersebut mempunyai kandungan nilai-nilai tradisi yang sangat tinggi sebagai bahan kajian untuk dijadikan telaahan sebagai bahan bukti untuk dijadikan sebuah situs yang bersifat nasional.

Benda Cagar Budaya:

  •         Keris Kujang
  •         Keris Kujang Kudi Jawa
  •         Tombak berjagak
  •         Gerabah dan keramik
  •         Tombak berjumlah 5 buah
  •         Golok tua berjumlah 5 buah
  •         Keris kurang lebih berjumlah 100 buah
  •         Padud Emas
  •         Batu Peluru bulat
  •         Batu Peluru Lonjong
  •         Buku Kitab Dari kulit kayu 1 buah
  •         Buku Naskah wawacan 1 buah
  •         Buku naskah berjumlah 4 buah
  •         Waditra Bonang 3 buah
  •         Goong kecil 1 buah
  •         Keris luk 9
  •         Keris kecil lurus 1 buah
  •         Batu buli-buli
  •         Bokor lampu

Filosofi, Spiritual dan Kebatinan Keris Jawa

Pada awalnya, di tanah Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur), keris diciptakan hanya untuk memberikan tuah kesaktian dan wibawa kekuasaan.  Keris (dan tombak) adalah sebuah benda yang menjadi kebanggaan masyarakat pada umumnya dan merupakan lambang status / derajat pemiliknya. Keris menjadi "keharusan" untuk dimiliki oleh para pejabat, baik raja, keluarga kerajaan atau bangsawan, orang-orang kaya, para senopati sampai prajurit (prajurit biasanya menggunakan jenis tombak), pejabat bupati sampai lurah desa. Di kalangan masyarakat umum, hampir semua orang laki-laki ingin memiliki keris, terutama mereka yang memiliki ilmu beladiri dan orang-orang tua yang memahami spiritualitas kejawen.

Pada jaman kerajaan dahulu, budaya perkerisan sedemikian memasyarakat dan empu-empu keris pun tersebar ke banyak daerah. Namun ketika terjadi perseteruan antara kerajaan Majapahit di Jawa Timur dengan kerajaan di Jawa Barat, empu-empu jawa yang berada di Jawa Barat diperintahkan untuk pulang kembali ke jawa (ke Jawa Tengah atau ke Jawa Timur). Empu-empu keris yang memilih untuk tetap tinggal di Jawa Barat masih diizinkan, tetapi dilarang membuat keris untuk orang Jawa Barat.

Oleh karena keberadaan empu-empu jawa di Jawa Barat itu berkembanglah bentuk-bentuk senjata atau ageman yang teknik pembuatannya menyerupai teknik pembuatan keris (logam ditempa berlapis-lapis), misalnya kujang (yang berwarna hitam dan logamnya ditempa berlapis-lapis seperti keris) dan keris-keris jimat kecil (yang bisa dimasukkan ke dalam dompet dan logamnya juga ditempa berlapis-lapis seperti keris).

Secara umum, kujang diakui sebagai asli milik orang Sunda dan menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Jawa Barat. Pada awalnya kujang tidak berbentuk seperti sekarang. Bentuknya lebih mirip "kudi" (di jawa) atau mirip sabit yang ujungnya melingkar keluar. Oleh kreasi para empu, kujang berkembang bentuknya menjadi seperti sekarang, lebih ramping dan menyerupai lambang tunas kelapa pramuka. Selain yang digunakan sebagai alat pertanian, kujang yang diperuntukkan sebagai pusaka dan senjata tarung biasanya dibuat sepasang.

Kujang adalah sebuah senjata yang unik dari segi bentuk & sejarahnya. Senjata tradisional Jawa Barat ini memang tidak sepopuler keris atau beberapa senjata lain di bumi nusantara ini, tetapi kujang bisa dimasukkan ke dalam kategori jenis keris, yaitu keris khas tanah pasundan.

Umumnya orang Jawa Barat jaman dulu menggunakan golok dan pisau belati panjang sebagai senjata tarung. Kujang biasanya hanya dimiliki oleh kalangan bangsawan saja. Secara umum kujang dibuat dari bahan besi, tetapi kujang yang berdaya magis tinggi adalah yang dibuat serupa dengan keris jawa, yaitu yang berwarna hitam, yang dibuat dari logam yang ditempa berlapis-lapis seperti keris. Empu jawa yang menjadi pembuatnya biasanya membuat 2 buah (sepasang), yang satu dibuat dari logam yang ditempa berlapis-lapis berwarna hitam seperti keris, yang satunya lagi dibuat dari bahan besi sebagai pasangannya.

Setelah masa kerajaan Majapahit berakhir,  para empu jawa di Jawa Barat tersebut mulai membuat keris lagi. Keris-keris yang dibuat di Jawa Barat kebanyakan fungsinya tidak lagi seperti keris jawa yang untuk kesaktian dan wibawa kekuasaan, tetapi untuk kemakmuran / kerejekian / pertanian. Namun keris-keris dan kujang yang dibuat oleh para empu tersebut, selain fungsi utamanya untuk kemakmuran, juga tetap memberikan fungsi untuk keselamatan / perlindungan gaib bagi pemiliknya. Keris-keris buatan para empu di Jawa Barat yang dibuat untuk tujuan kesaktian, kekuasaan dan kewibawaan, biasanya kerisnya berhawa panas dan angker. Mungkin sengaja dibuat demikian karena ada tendensi dari empu pembuatnya untuk menunjukkan bahwa keris adalah senjata yang sakti, yang berbeda dengan senjata tradisional setempat, sehingga juga membuat orang Sunda takut kepada keris.

Empu-empu jawa di Jawa Barat tersebar di banyak tempat, terutama berada di sekitar pusat-pusat peradaban, yaitu di sekitar ibu kota kerajaan. Sejak jaman penyebaran agama Islam di Jawa, kebanyakan keris-keris jawa yang dibuat di Jawa Barat dibuat oleh empu-empu jawa yang tinggal di daerah Cirebon dan sekitarnya.
 

SEO Stats powered by MyPagerank.Net

 Subscribe in a reader

Add to Google Reader or Homepage

Powered by FeedBurner

Waris Djati

↑ Grab this Headline Animator

My Ping in TotalPing.com Protected by Copyscape Online Copyright Protection Software DMCA.com Literature Blogs
Literature blog Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free! free web site traffic and promotion Submitdomainname.com Sonic Run: Internet Search Engine
eXTReMe Tracker
free search engine website submission top optimization