Keris Jawa dan Empu Keris
Pengetahuan tentang empu keris dan kehidupannya pada jaman dahulu yang mungkin tidak disadari sepenuhnya oleh orang-orang pada jaman sekarang sebagai berikut :
1. Profesi sebagai seorang empu keris tidak seperti yang dipikirkan oleh manusia jaman sekarang bahwa seorang empu perkerisan adalah sama dengan seorang pandai besi atau pengrajin keris.
Seorang empu keris jaman dulu sama sekali tidak dapat disamakan dengan itu. Disamakan dengan pengrajin benda-benda senjata saja tidak bisa, apalagi disamakan dengan seorang pandai besi atau pengrajin yang membuat alat-alat pertanian dan perlengkapan memasak. Keris-keris hasil karya mereka pun tidak dapat disamakan dengan golok, pisau, kapak, arit, atau jenis senjata lain. Seorang empu keris juga tidak dapat disamakan dengan pedagang dan pengrajin keris jaman sekarang, juga tidak dapat disamakan dengan praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib jaman sekarang.
Dalam pembuatan keris-kerisnya empu keris jaman dulu mendatangkan gaib keris jenis wahyu, karena selain bisa dipastikan bahwa gaib kerisnya itu adalah dari golongan yang baik, juga supaya perpaduan antara wahyu dewa yang sudah ada pada diri si pemilik keris dengan gaib wahyu dari kerisnya bisa menghasilkan suatu sinergi kegaiban yang selaras dan berlipat-lipat ganda kekuatan pengaruhnya. Dengan keris buatannya itu si empu keris memadukan kinerja wahyu dewa yang ada pada diri seseorang dengan wahyu gaib keris buatannya, suatu tindakan spiritual yang sangat tinggi yang tidak dapat dicapai kebanyakan manusia jaman sekarang yang hanya sampai pada tahapan kebatinan atau ilmu gaib / khodam saja, yang mampu membuat jimat beserta kegaibannya, tetapi tidak mengetahui ada / tidaknya suatu wahyu pada diri seseorang, apalagi memadukannya.
Itulah sebabnya dalam membuat keris para empu melakukan berbagai proses ritual gaib, yang menurut pandangan awam jaman sekarang dianggap tidak perlu lagi dan para empu keris jaman sekarang pun sudah tidak lagi melakukan yang sedemikian itu. Berbagai proses ritual itu memang suatu keharusan supaya keris yang dihasilkan oleh si empu benar-benar sempurna sebagai pendamping manusia pemiliknya. Berbagai proses ritual tersebut justru dilakukan oleh para empu karena mereka benar-benar menguasai bidangnya dan tercapainya tujuan seperti tertulis di atas, hanya mereka yang menguasai spiritual tingkat tinggi saja yang mampu melakukannya. Jelas sekali bahwa seorang empu keris lebih daripada sekedar seorang pengrajin keris atau seorang pandai besi atau seorang dukun / paranormal jaman sekarang.
2. Seorang empu keris adalah seorang yang secara spiritual keagamaan mendarma-baktikan hidupnya kepada “Tuhan” – nya melalui jalur perkerisan. Jalur perkerisan itu adalah jalan yang ditempuhnya, sama dengan jalan agama, sebagai darma-bakti-nya kepada Tuhan. Dalam perjalanan menjadi seorang empu keris, seseorang harus menguasai pengetahuan agama (agama pada waktu itu) dan ritual keagamaan, kebatinan dan spiritual, yang kemudian dituangkan dalam bentuk keris.
Derajat seorang empu keris dalam dunia keagamaan sangat dihormati setingkat dengan seorang pemuka agama, seorang brahmana atau seorang panembahan. Seorang empu keris juga kerap diminta untuk memimpin ritual yang mirip dengan ritual keagamaan, misalnya ritual bersih desa, selametan, syukuran, ruwatan sengkolo, pembersihan dan pemberkatan pembukaan lahan baru, pengangkatan pejabat / pembesar kerajaan / kadipaten / kabupaten, dsb. Seringkali seorang empu keris juga menjadi tempat bertanya bagi rakyat bahkan raja mengenai permasalahan kehidupan, kearifan keagamaan, bahkan mengenai aspek kenegaraan dan suksesi pemerintahan.
Sesuai kepercayaan keagamaan pada masa itu sebuah keris yang diterima langsung dari seorang empu keris juga dianggap sebagai 'berkah' dan perkenan Dewa bagi si penerima keris. Itulah sebabnya keris-keris yang diterima langsung dari seorang empu keris akan menjadi pusaka bagi si penerima keris dan akan sangat dipelihara dan dijaga olehnya, bahkan akan 'dikeramatkan', lebih daripada sekedar jimat dan senjata, karena sebuah keris adalah bentuk "restu Tuhan" dan berisi doa-doa keselamatan dan kesejahteran dari seorang spiritualis dan pemuka agama untuk si pemilik keris, selain karena keris itu juga melambangkan kehormatan pemiliknya.
3. Seorang empu keris adalah seorang yang sudah mandito, sama dengan seorang brahmana atau panembahan (walaupun mungkin umurnya masih muda). Dia tetap membutuhkan materi duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi tidak memiliki pamrih atas kekayaan. Justru pamrih atas kekayaan itu akan menjadi penghambat pekerjaannya, karena dia harus selalu menekuni berbagai laku prihatin dan tirakat untuk dapat terus berkarya. Bahkan mungkin seumur hidupnya sebagai seorang empu keris, dia sama sekali tidak pernah menikmati kekayaannya, karena harus selalu menjalani laku prihatin dan tirakat untuk menjaga spiritualitasnya. Mungkin satu-satunya yang dia nikmati adalah rasa bangga, bahagia, rasa terima kasih, penghormatan dan penghargaan dari seseorang yang keris pesanannya telah selesai dibuat dan telah diserahkan kepadanya.
Seorang empu keris tetap membutuhkan materi duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi tidak memiliki pamrih atas kekayaan. Empu-empu keris ternama, yang pesanan kerisnya banyak berasal dari seorang raja, pembesar kerajaan dan para bangsawan, dan orang-orang kaya, mereka tidak memasang tarif atau harga, tetapi setelah keris pesanannya selesai dibuat dan diserahkan kepada pemesannya, biasanya sang empu mendapatkan penghargaan berupa materi yang banyak, bahkan juga dianugerahi gelar kebangsawanan dan jabatan kepala daerah atau kekuasaan atas tanah dan wilayah yang luas yang diberikan kepadanya. Walaupun mendapatkan imbalan berlimpah, sang empu keris dan keluarganya juga tidak hidup bermewah-mewah. Biasanya anak-anaknya pun akan meneladani kehidupan ayahnya, bersama cantrik-cantrik yang lain membantu dan mendampingi sang empu dalam pembuatan keris berikut laku prihatin dan tirakatnya. Biasanya mereka menjadi keluarga yang sangat religius dan menjadi panutan banyak orang.
4. Tidak seperti orang jaman sekarang dalam membuat sebuah jimat, yang seringkali hanya dibutuhkan bacaan amalan / mantra saja dan sesaji kembang atau minyak, pembuatan keris lebih daripada itu. Dan walaupun ada juga keris-keris yang dibuat secara masal, terutama pesanan dari kerajaan, kadipaten dan kabupaten untuk keseragaman senjata tingkatan prajurit (biasanya jenis tombak) dan keris-keris yang untuk rakyat umum, tetap saja laku ritualnya dilakukan secara khusus, apalagi untuk membuat keris yang bersifat pesanan individu. Itu adalah bentuk tanggung jawab moral sang empu supaya keris-keris buatannya memiliki tuah yang baik bagi pemiliknya.
Tidak ada kata pasrah kepada Tuhan dalam proses pembuatan keris dan dalam mendatangkan gaib keris, karena harus sesuai dengan orang yang akan menjadi pemiliknya. Semua persyaratan dan daya upaya dilakukan supaya hasilnya sesuai dengan tujuannya. Itulah yang disebut laku. Itu adalah wujud tanggung jawab moral dari sang empu. Karena itu dalam satu pesanan keris yang bersifat khusus biasanya oleh sang empu tidak hanya dibuat satu keris, minimal dibuat dua. Dari kedua keris itu akan dipilih salah satu yang paling cocok dengan karakter si pemesan. Sedangkan yang satunya lagi akan diberikannya kepada orang lain yang dianggapnya sesuai dengan karakter keris tersebut, setelah dilakukan pembedaan pada kerisnya, tentunya.
5. Bentuk keris, karakter gaib keris dan tingkat kesaktiannya selalu disesuaikan dengan status, karakter dan kehidupan pemiliknya. Mengenai kelengkapan dan kemewahan keris adalah tergantung akan diberikan kepada siapa keris itu nantinya. Selain kesanggupan untuk membayar biaya pembuatan keris, status pribadi si pemilik keris di masyarakat itulah yang menentukan kepantasan keris yang akan dia kenakan. Semakin tinggi status duniawi sang pemilik keris, maka akan semakin lengkap dan mewah hiasan kerisnya.
Contoh :
- Sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten memiliki hiasan dan kelengkapan aksesoris emas dan intan yang mahal dan mewah, memiliki tingkat kesaktian yang tinggi, dan tuahnya melingkupi area kekuasaan kerajaan, karena sejak awal pembuatannya keris-keris tersebut memang ditujukan bukan hanya akan menjadi sebuah pusaka andalan sebuah kerajaan, tetapi juga akan menjadi lambang kebesaran sebuah keraton, sehingga bukan hanya harus sakti, tetapi juga harus mewah dan berwibawa dan berkuasa di wilayahnya.
Penggunaan bahan meteorit dalam bahan keris biasanya akan menimbulkan gambar / motif pada badan keris yang disebut pamor keris. Tetapi penggunaan bahan meteorit dalam pembuatan keris Nagasasra sama sekali tidak menimbulkan motif pamor. Satu-satunya gambar yang ada pada badan kerisnya adalah gambar naga yang terbuat dari emas. Begitu juga penggunaan bahan meteorit dalam pembuatan keris Sengkelat yang sama sekali tidak menimbulkan motif pamor, karena keris tersebut keleng, hitam gelap tidak berpamor. Ini juga adalah salah satu keistimewaan teknis penempaan logam sang empu pembuat kerisnya.
Sepasang keris Nagasasra - Sabuk Inten dan keris Sengkelat adalah hasil karya yang luar biasa, sebuah maha karya dalam dunia perkerisan. Keris-keris tersebut mendapatkan banyak pujian dan pengakuan dari dunia perkerisan dan banyak orang yang ingin memilikinya, sehingga banyak dibuat tiruannya.
- Keris Sengkelat, sebuah keris yang sangat indah bentuknya dan sangat tinggi kualitas tempaan logamnya, tetapi sangat sederhana dan sama sekali tidak memiliki aksesoris mewah dan hitam gelap tidak berpamor (keleng), tetapi lebih sakti daripada sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten. Sesuai karakter kerisnya, keris ini ditujukan untuk seseorang yang berwatak ksatria, aktif membela kebenaran dan menolong orang-orang yang tertindas. Bahkan bila keris-keris lain sudah tidak mampu lagi bertindak, maka keris ini selalu siap sedia kapan saja diperlukan oleh sang ksatria untuk bertindak.
Keris-keris yang ditujukan untuk digunakan oleh seorang ksatria pilihan, biasanya dibuat khusus dari bahan-bahan pilihan dan bentuknya indah sesuai penghormatan sang empu pada watak ksatrianya, tetapi tidak mempunyai hiasan-hiasan mewah pada badan kerisnya maupun sarungnya. Biasanya kesaktian keris tersebut lebih tinggi daripada kesaktian rata-rata keris, berguna untuk mengalahkan kesaktian lawan-lawannya dan untuk menandingi kesaktian pusaka yang disalahgunakan untuk kejahatan dan kezaliman.
Biasanya, seorang empu keris, ketika sedang tidak sibuk mengerjakan pesanan keris, mereka membuat sebuah keris, yang kemudian setelah selesai pembuatannya akan disimpannya sendiri. Ke dalam keris itu dituangkannya isi hatinya, doa-doa keselamatan, kesejahteraan dan perlindungan untuk orang-orang yang lemah dan tertindas. Walaupun sederhana tanpa hiasan mewah, tetapi bentuk kerisnya akan dibuat indah dan berisi kesaktian gaib yang tinggi. Suatu hari ketika telah bertemu dengan seorang ksatria yang dia merasa cocok dan berkenan, maka akan diberikannya keris itu kepadanya. Keris-keris jenis ini biasanya akan aktif berinteraksi dengan kebatinan pemiliknya, walaupun kerisnya sedang tidak dikeluarkan dari sarungnya, karena berisi harapan dan doa sang empu keris, supaya keris itu selalu bermanfaat untuk keselamatan dan kesejahteraan banyak orang.
- Karena keris Sengkelat terkenal keindahan dan kesaktiannya, mungkin ada seorang bupati / adipati yang juga memesan sebuah keris berdapur sengkelat kepada seorang empu keris. Jika si pemesan itu dalam kesehariannya tidak aktif membela kebenaran, menolong orang yang tertindas, maka sifat orang itu tidak sesuai dengan watak keris sengkelat. Sang empu yang mengetahui karakter si pemesan tersebut tidak akan mendatangkan gaib keris yang berkarakter sama dengan gaib keris sengkelat.
Supaya sesuai dengan karakter pemiliknya, maka mungkin yang kemudian didatangkannya adalah gaib keris yang berkarakter sama dengan keris pulanggeni atau singa barong, untuk kebangsawanan. Dengan demikian walaupun kerisnya sakti dan berdapur sengkelat, tetapi watak kerisnya tidak sejalan dengan watak keris sengkelat. Lagipula, mungkin kemudian keris berdapur sengkelat tersebut akan diberi banyak hiasan mewah sesuai status si pemesan, yang jelas akan tidak sejalan dengan kesederhanaan watak keris sengkelat.
- Keris-keris yang khusus dibuat untuk seorang raja, adipati atau bupati, pasti mewah dan sakti dan tuahnya selalu terkait dengan wibawa kekuasaan, karena seorang kepala pemerintahan harus berwibawa dan harus senantiasa mengayomi dan melindungi orang-orang di wilayah kekuasaannya.
- Seorang senopati atau panglima perang, walaupun memiliki banyak kekayaan sesuai status dan jabatannya, tetapi tidak selalu hidup mewah. Hidup mereka keras dan disiplin, penuh tanggung jawab. Mungkin hidup mereka penuh dengan peperangan dan pertarungan. Sesuai karakter dan kehidupan mereka, maka keris-keris yang diperuntukkan bagi mereka biasanya adalah keris-keris sakti, berbiaya tinggi karena dibuat dari bahan-bahan yang baik untuk keris tarung, dan memiliki simbol-simbol sebagai tanda status mereka di kerajaan, tetapi bentuknya sederhana, dan sekalipun juga memiliki kelengkapan mewah pada kerisnya, tetapi tidak semewah keris-keris untuk pembesar lain.
- Berbeda dengan keris-keris untuk para saudagar / orang-orang kaya dan pejabat / pembesar yang sering menjadi “tikus kantor” dan menggerogoti wibawa dan harta kerajaan. Sesuai pesanan mereka, keris-keris untuk mereka biasanya penuh dengan hiasan mewah, karena disesuaikan dengan pemakainya yang biasanya mengagungkan statusnya di masyarakat dan menonjolkan kekayaan dan kemewahan. Keris-keris untuk mereka biasanya dibuat dari bahan yang bagus dan dibuat mewah, meliputi badan keris yang berkinatah emas, sarung keris dari jenis kayu yang mahal dan diselimuti pendok emas, gagang keris dengan mendak dan salut berbalut emas dan intan dan ganja keris berkinatah emas, sehingga walaupun tidak dikeluarkan dari sarungnya, kemewahan kerisnya tampak jelas terlihat dari luar.
Keris-keris untuk mereka tingkat kesaktiannya relatif lebih rendah daripada keris yang diperuntukkan untuk seorang ksatria atau senopati / panglima perang, tetapi cukup sakti karena disesuaikan juga dengan tingkat kesaktian yang diperlukan untuk menjaga kewibawaan mereka dan untuk melindungi mereka dari serangan gaib yang mungkin ditujukan kepada mereka, dan tetap lebih sakti daripada keris-keris yang diperuntukkan untuk prajurit dan rakyat kebanyakan.
- Keris untuk rakyat biasa. Biasanya bentuknya sederhana dan tidak memiliki hiasan-hiasan yang mewah, sesuai budaya dan kebiasaan mereka untuk merendahkan hati. Biasanya keris-keris untuk mereka dibuat masal, sehingga biaya pembuatannya menjadi rendah dan harganya terjangkau untuk rakyat umum. Sesuai pemiliknya, biasanya tuah utama keris-keris tersebut bukan untuk kesaktian, tetapi untuk kerejekian, kesuburan dan ketentraman keluarga.
- Keris-keris pribadi sang empu keris, keris untuk seorang panembahan dan keris untuk raja atau keluarga raja yang sudah mandito. Biasanya bentuknya sederhana dan tidak memiliki hiasan-hiasan yang mewah, tetapi sakti. Sesuai kondisi kebatinan pemiliknya, biasanya tuah utama keris-keris tersebut bukan untuk kesaktian, tetapi untuk kharisma pengayoman dan kesepuhan, auranya teduh dan tidak angker, tetapi pasti sakti karena berguna untuk melindungi rakyat dan orang-orang yang berlindung kepada mereka (juga supaya sebanding dengan panembahan itu sendiri yang biasanya juga sakti).
- Keris-keris tua berdapur Banyak Angrem.
Keris-keris tua berdapur Banyak Angrem adalah jenis-jenis pusaka yang sangat sederhana bentuk dan modelnya dan sejak dulu sampai sekarang tidak banyak mendapatkan sentuhan variasi di dalam pembuatannya. Karena kesederhanaannya itu tidak banyak orang yang memberikan perhatian atau keinginan untuk memilikinya.
Tetapi satu hal yang tidak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa keris-keris tua berdapur banyak angrem ternyata memiliki keistimewaan dan kekuatan kegaiban yang jauh lebih baik daripada keris-keris atau pun pusaka-pusaka jenis lain yang umum.
Pada awal pembuatannya, keris-keris banyak angrem biasanya menjadi pusaka pribadi seorang empu keris / panembahan / pemuka kerohanian, tetapi banyak juga yang kemudian diberikan kepada raja-raja dan orang-orang yang sedang berkuasa untuk keteduhan dan pengayoman moral. Tetapi karena bentuknya yang sederhana dan ketidaktahuan manusia akan manfaatnya, banyak jenis keris itu yang diterlantarkan, tidak diinginkan dan / atau diberikan kepada orang lain, sehingga hilang dari daftar perbendaharaan pusaka.
Gaib dari keris-keris banyak angrem memiliki sifat karakter yang mirip dengan sifat karakter gaib mustika keong buntet dan kegaiban di dalam perkutut majapahit. Keris-keris banyak angrem bisa memberikan tuah apa saja yang bisa diberikan oleh keris-keris dan pusaka lain, tuah-tuah untuk kesaktian, keselamatan, wibawa kekuasaan, kerejekian, pengasihan, pengobatan gaib, keilmuan, kesepuhan, pengayoman dan banyak macam kegaiban lain sesuai yang diinginkan oleh pemiliknya (banyak fungsinya).
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem bila sudah cocok dengan manusia pemiliknya atau pembawanya, akan menyelaraskan dirinya dan membantu setiap usaha / aktivitas yang dilakukan oleh orang tersebut, apalagi bila orang tersebut menunjukkan rasa sayang dan merawatnya dan dapat mengsugesti sang gaib keris untuk membantunya.
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem berkarakter seperti Dewa Semar, yaitu berwatak keras dan berwibawa, tetapi bersifat mengayomi seperti orang tua, sehingga sifat wataknya serupa dengan keris tindih, dan mampu meredam gangguan / keanehan gaib dari jimat, pusaka atau gaib-gaib lain di sekitarnya. Tuah dari keris-keris ini juga melunturkan (meredam) ilmu kesaktian dan jimat / pusaka yang bersifat agresif dan menonjolkan kegagahan.
1. Profesi sebagai seorang empu keris tidak seperti yang dipikirkan oleh manusia jaman sekarang bahwa seorang empu perkerisan adalah sama dengan seorang pandai besi atau pengrajin keris.
Seorang empu keris jaman dulu sama sekali tidak dapat disamakan dengan itu. Disamakan dengan pengrajin benda-benda senjata saja tidak bisa, apalagi disamakan dengan seorang pandai besi atau pengrajin yang membuat alat-alat pertanian dan perlengkapan memasak. Keris-keris hasil karya mereka pun tidak dapat disamakan dengan golok, pisau, kapak, arit, atau jenis senjata lain. Seorang empu keris juga tidak dapat disamakan dengan pedagang dan pengrajin keris jaman sekarang, juga tidak dapat disamakan dengan praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib jaman sekarang.
Dalam pembuatan keris-kerisnya empu keris jaman dulu mendatangkan gaib keris jenis wahyu, karena selain bisa dipastikan bahwa gaib kerisnya itu adalah dari golongan yang baik, juga supaya perpaduan antara wahyu dewa yang sudah ada pada diri si pemilik keris dengan gaib wahyu dari kerisnya bisa menghasilkan suatu sinergi kegaiban yang selaras dan berlipat-lipat ganda kekuatan pengaruhnya. Dengan keris buatannya itu si empu keris memadukan kinerja wahyu dewa yang ada pada diri seseorang dengan wahyu gaib keris buatannya, suatu tindakan spiritual yang sangat tinggi yang tidak dapat dicapai kebanyakan manusia jaman sekarang yang hanya sampai pada tahapan kebatinan atau ilmu gaib / khodam saja, yang mampu membuat jimat beserta kegaibannya, tetapi tidak mengetahui ada / tidaknya suatu wahyu pada diri seseorang, apalagi memadukannya.
Itulah sebabnya dalam membuat keris para empu melakukan berbagai proses ritual gaib, yang menurut pandangan awam jaman sekarang dianggap tidak perlu lagi dan para empu keris jaman sekarang pun sudah tidak lagi melakukan yang sedemikian itu. Berbagai proses ritual itu memang suatu keharusan supaya keris yang dihasilkan oleh si empu benar-benar sempurna sebagai pendamping manusia pemiliknya. Berbagai proses ritual tersebut justru dilakukan oleh para empu karena mereka benar-benar menguasai bidangnya dan tercapainya tujuan seperti tertulis di atas, hanya mereka yang menguasai spiritual tingkat tinggi saja yang mampu melakukannya. Jelas sekali bahwa seorang empu keris lebih daripada sekedar seorang pengrajin keris atau seorang pandai besi atau seorang dukun / paranormal jaman sekarang.
2. Seorang empu keris adalah seorang yang secara spiritual keagamaan mendarma-baktikan hidupnya kepada “Tuhan” – nya melalui jalur perkerisan. Jalur perkerisan itu adalah jalan yang ditempuhnya, sama dengan jalan agama, sebagai darma-bakti-nya kepada Tuhan. Dalam perjalanan menjadi seorang empu keris, seseorang harus menguasai pengetahuan agama (agama pada waktu itu) dan ritual keagamaan, kebatinan dan spiritual, yang kemudian dituangkan dalam bentuk keris.
Derajat seorang empu keris dalam dunia keagamaan sangat dihormati setingkat dengan seorang pemuka agama, seorang brahmana atau seorang panembahan. Seorang empu keris juga kerap diminta untuk memimpin ritual yang mirip dengan ritual keagamaan, misalnya ritual bersih desa, selametan, syukuran, ruwatan sengkolo, pembersihan dan pemberkatan pembukaan lahan baru, pengangkatan pejabat / pembesar kerajaan / kadipaten / kabupaten, dsb. Seringkali seorang empu keris juga menjadi tempat bertanya bagi rakyat bahkan raja mengenai permasalahan kehidupan, kearifan keagamaan, bahkan mengenai aspek kenegaraan dan suksesi pemerintahan.
Sesuai kepercayaan keagamaan pada masa itu sebuah keris yang diterima langsung dari seorang empu keris juga dianggap sebagai 'berkah' dan perkenan Dewa bagi si penerima keris. Itulah sebabnya keris-keris yang diterima langsung dari seorang empu keris akan menjadi pusaka bagi si penerima keris dan akan sangat dipelihara dan dijaga olehnya, bahkan akan 'dikeramatkan', lebih daripada sekedar jimat dan senjata, karena sebuah keris adalah bentuk "restu Tuhan" dan berisi doa-doa keselamatan dan kesejahteran dari seorang spiritualis dan pemuka agama untuk si pemilik keris, selain karena keris itu juga melambangkan kehormatan pemiliknya.
3. Seorang empu keris adalah seorang yang sudah mandito, sama dengan seorang brahmana atau panembahan (walaupun mungkin umurnya masih muda). Dia tetap membutuhkan materi duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi tidak memiliki pamrih atas kekayaan. Justru pamrih atas kekayaan itu akan menjadi penghambat pekerjaannya, karena dia harus selalu menekuni berbagai laku prihatin dan tirakat untuk dapat terus berkarya. Bahkan mungkin seumur hidupnya sebagai seorang empu keris, dia sama sekali tidak pernah menikmati kekayaannya, karena harus selalu menjalani laku prihatin dan tirakat untuk menjaga spiritualitasnya. Mungkin satu-satunya yang dia nikmati adalah rasa bangga, bahagia, rasa terima kasih, penghormatan dan penghargaan dari seseorang yang keris pesanannya telah selesai dibuat dan telah diserahkan kepadanya.
Seorang empu keris tetap membutuhkan materi duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi tidak memiliki pamrih atas kekayaan. Empu-empu keris ternama, yang pesanan kerisnya banyak berasal dari seorang raja, pembesar kerajaan dan para bangsawan, dan orang-orang kaya, mereka tidak memasang tarif atau harga, tetapi setelah keris pesanannya selesai dibuat dan diserahkan kepada pemesannya, biasanya sang empu mendapatkan penghargaan berupa materi yang banyak, bahkan juga dianugerahi gelar kebangsawanan dan jabatan kepala daerah atau kekuasaan atas tanah dan wilayah yang luas yang diberikan kepadanya. Walaupun mendapatkan imbalan berlimpah, sang empu keris dan keluarganya juga tidak hidup bermewah-mewah. Biasanya anak-anaknya pun akan meneladani kehidupan ayahnya, bersama cantrik-cantrik yang lain membantu dan mendampingi sang empu dalam pembuatan keris berikut laku prihatin dan tirakatnya. Biasanya mereka menjadi keluarga yang sangat religius dan menjadi panutan banyak orang.
4. Tidak seperti orang jaman sekarang dalam membuat sebuah jimat, yang seringkali hanya dibutuhkan bacaan amalan / mantra saja dan sesaji kembang atau minyak, pembuatan keris lebih daripada itu. Dan walaupun ada juga keris-keris yang dibuat secara masal, terutama pesanan dari kerajaan, kadipaten dan kabupaten untuk keseragaman senjata tingkatan prajurit (biasanya jenis tombak) dan keris-keris yang untuk rakyat umum, tetap saja laku ritualnya dilakukan secara khusus, apalagi untuk membuat keris yang bersifat pesanan individu. Itu adalah bentuk tanggung jawab moral sang empu supaya keris-keris buatannya memiliki tuah yang baik bagi pemiliknya.
Tidak ada kata pasrah kepada Tuhan dalam proses pembuatan keris dan dalam mendatangkan gaib keris, karena harus sesuai dengan orang yang akan menjadi pemiliknya. Semua persyaratan dan daya upaya dilakukan supaya hasilnya sesuai dengan tujuannya. Itulah yang disebut laku. Itu adalah wujud tanggung jawab moral dari sang empu. Karena itu dalam satu pesanan keris yang bersifat khusus biasanya oleh sang empu tidak hanya dibuat satu keris, minimal dibuat dua. Dari kedua keris itu akan dipilih salah satu yang paling cocok dengan karakter si pemesan. Sedangkan yang satunya lagi akan diberikannya kepada orang lain yang dianggapnya sesuai dengan karakter keris tersebut, setelah dilakukan pembedaan pada kerisnya, tentunya.
5. Bentuk keris, karakter gaib keris dan tingkat kesaktiannya selalu disesuaikan dengan status, karakter dan kehidupan pemiliknya. Mengenai kelengkapan dan kemewahan keris adalah tergantung akan diberikan kepada siapa keris itu nantinya. Selain kesanggupan untuk membayar biaya pembuatan keris, status pribadi si pemilik keris di masyarakat itulah yang menentukan kepantasan keris yang akan dia kenakan. Semakin tinggi status duniawi sang pemilik keris, maka akan semakin lengkap dan mewah hiasan kerisnya.
Contoh :
- Sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten memiliki hiasan dan kelengkapan aksesoris emas dan intan yang mahal dan mewah, memiliki tingkat kesaktian yang tinggi, dan tuahnya melingkupi area kekuasaan kerajaan, karena sejak awal pembuatannya keris-keris tersebut memang ditujukan bukan hanya akan menjadi sebuah pusaka andalan sebuah kerajaan, tetapi juga akan menjadi lambang kebesaran sebuah keraton, sehingga bukan hanya harus sakti, tetapi juga harus mewah dan berwibawa dan berkuasa di wilayahnya.
Penggunaan bahan meteorit dalam bahan keris biasanya akan menimbulkan gambar / motif pada badan keris yang disebut pamor keris. Tetapi penggunaan bahan meteorit dalam pembuatan keris Nagasasra sama sekali tidak menimbulkan motif pamor. Satu-satunya gambar yang ada pada badan kerisnya adalah gambar naga yang terbuat dari emas. Begitu juga penggunaan bahan meteorit dalam pembuatan keris Sengkelat yang sama sekali tidak menimbulkan motif pamor, karena keris tersebut keleng, hitam gelap tidak berpamor. Ini juga adalah salah satu keistimewaan teknis penempaan logam sang empu pembuat kerisnya.
Sepasang keris Nagasasra - Sabuk Inten dan keris Sengkelat adalah hasil karya yang luar biasa, sebuah maha karya dalam dunia perkerisan. Keris-keris tersebut mendapatkan banyak pujian dan pengakuan dari dunia perkerisan dan banyak orang yang ingin memilikinya, sehingga banyak dibuat tiruannya.
- Keris Sengkelat, sebuah keris yang sangat indah bentuknya dan sangat tinggi kualitas tempaan logamnya, tetapi sangat sederhana dan sama sekali tidak memiliki aksesoris mewah dan hitam gelap tidak berpamor (keleng), tetapi lebih sakti daripada sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten. Sesuai karakter kerisnya, keris ini ditujukan untuk seseorang yang berwatak ksatria, aktif membela kebenaran dan menolong orang-orang yang tertindas. Bahkan bila keris-keris lain sudah tidak mampu lagi bertindak, maka keris ini selalu siap sedia kapan saja diperlukan oleh sang ksatria untuk bertindak.
Keris-keris yang ditujukan untuk digunakan oleh seorang ksatria pilihan, biasanya dibuat khusus dari bahan-bahan pilihan dan bentuknya indah sesuai penghormatan sang empu pada watak ksatrianya, tetapi tidak mempunyai hiasan-hiasan mewah pada badan kerisnya maupun sarungnya. Biasanya kesaktian keris tersebut lebih tinggi daripada kesaktian rata-rata keris, berguna untuk mengalahkan kesaktian lawan-lawannya dan untuk menandingi kesaktian pusaka yang disalahgunakan untuk kejahatan dan kezaliman.
Biasanya, seorang empu keris, ketika sedang tidak sibuk mengerjakan pesanan keris, mereka membuat sebuah keris, yang kemudian setelah selesai pembuatannya akan disimpannya sendiri. Ke dalam keris itu dituangkannya isi hatinya, doa-doa keselamatan, kesejahteraan dan perlindungan untuk orang-orang yang lemah dan tertindas. Walaupun sederhana tanpa hiasan mewah, tetapi bentuk kerisnya akan dibuat indah dan berisi kesaktian gaib yang tinggi. Suatu hari ketika telah bertemu dengan seorang ksatria yang dia merasa cocok dan berkenan, maka akan diberikannya keris itu kepadanya. Keris-keris jenis ini biasanya akan aktif berinteraksi dengan kebatinan pemiliknya, walaupun kerisnya sedang tidak dikeluarkan dari sarungnya, karena berisi harapan dan doa sang empu keris, supaya keris itu selalu bermanfaat untuk keselamatan dan kesejahteraan banyak orang.
- Karena keris Sengkelat terkenal keindahan dan kesaktiannya, mungkin ada seorang bupati / adipati yang juga memesan sebuah keris berdapur sengkelat kepada seorang empu keris. Jika si pemesan itu dalam kesehariannya tidak aktif membela kebenaran, menolong orang yang tertindas, maka sifat orang itu tidak sesuai dengan watak keris sengkelat. Sang empu yang mengetahui karakter si pemesan tersebut tidak akan mendatangkan gaib keris yang berkarakter sama dengan gaib keris sengkelat.
Supaya sesuai dengan karakter pemiliknya, maka mungkin yang kemudian didatangkannya adalah gaib keris yang berkarakter sama dengan keris pulanggeni atau singa barong, untuk kebangsawanan. Dengan demikian walaupun kerisnya sakti dan berdapur sengkelat, tetapi watak kerisnya tidak sejalan dengan watak keris sengkelat. Lagipula, mungkin kemudian keris berdapur sengkelat tersebut akan diberi banyak hiasan mewah sesuai status si pemesan, yang jelas akan tidak sejalan dengan kesederhanaan watak keris sengkelat.
- Keris-keris yang khusus dibuat untuk seorang raja, adipati atau bupati, pasti mewah dan sakti dan tuahnya selalu terkait dengan wibawa kekuasaan, karena seorang kepala pemerintahan harus berwibawa dan harus senantiasa mengayomi dan melindungi orang-orang di wilayah kekuasaannya.
- Seorang senopati atau panglima perang, walaupun memiliki banyak kekayaan sesuai status dan jabatannya, tetapi tidak selalu hidup mewah. Hidup mereka keras dan disiplin, penuh tanggung jawab. Mungkin hidup mereka penuh dengan peperangan dan pertarungan. Sesuai karakter dan kehidupan mereka, maka keris-keris yang diperuntukkan bagi mereka biasanya adalah keris-keris sakti, berbiaya tinggi karena dibuat dari bahan-bahan yang baik untuk keris tarung, dan memiliki simbol-simbol sebagai tanda status mereka di kerajaan, tetapi bentuknya sederhana, dan sekalipun juga memiliki kelengkapan mewah pada kerisnya, tetapi tidak semewah keris-keris untuk pembesar lain.
- Berbeda dengan keris-keris untuk para saudagar / orang-orang kaya dan pejabat / pembesar yang sering menjadi “tikus kantor” dan menggerogoti wibawa dan harta kerajaan. Sesuai pesanan mereka, keris-keris untuk mereka biasanya penuh dengan hiasan mewah, karena disesuaikan dengan pemakainya yang biasanya mengagungkan statusnya di masyarakat dan menonjolkan kekayaan dan kemewahan. Keris-keris untuk mereka biasanya dibuat dari bahan yang bagus dan dibuat mewah, meliputi badan keris yang berkinatah emas, sarung keris dari jenis kayu yang mahal dan diselimuti pendok emas, gagang keris dengan mendak dan salut berbalut emas dan intan dan ganja keris berkinatah emas, sehingga walaupun tidak dikeluarkan dari sarungnya, kemewahan kerisnya tampak jelas terlihat dari luar.
Keris-keris untuk mereka tingkat kesaktiannya relatif lebih rendah daripada keris yang diperuntukkan untuk seorang ksatria atau senopati / panglima perang, tetapi cukup sakti karena disesuaikan juga dengan tingkat kesaktian yang diperlukan untuk menjaga kewibawaan mereka dan untuk melindungi mereka dari serangan gaib yang mungkin ditujukan kepada mereka, dan tetap lebih sakti daripada keris-keris yang diperuntukkan untuk prajurit dan rakyat kebanyakan.
- Keris untuk rakyat biasa. Biasanya bentuknya sederhana dan tidak memiliki hiasan-hiasan yang mewah, sesuai budaya dan kebiasaan mereka untuk merendahkan hati. Biasanya keris-keris untuk mereka dibuat masal, sehingga biaya pembuatannya menjadi rendah dan harganya terjangkau untuk rakyat umum. Sesuai pemiliknya, biasanya tuah utama keris-keris tersebut bukan untuk kesaktian, tetapi untuk kerejekian, kesuburan dan ketentraman keluarga.
- Keris-keris pribadi sang empu keris, keris untuk seorang panembahan dan keris untuk raja atau keluarga raja yang sudah mandito. Biasanya bentuknya sederhana dan tidak memiliki hiasan-hiasan yang mewah, tetapi sakti. Sesuai kondisi kebatinan pemiliknya, biasanya tuah utama keris-keris tersebut bukan untuk kesaktian, tetapi untuk kharisma pengayoman dan kesepuhan, auranya teduh dan tidak angker, tetapi pasti sakti karena berguna untuk melindungi rakyat dan orang-orang yang berlindung kepada mereka (juga supaya sebanding dengan panembahan itu sendiri yang biasanya juga sakti).
- Keris-keris tua berdapur Banyak Angrem.
Keris-keris tua berdapur Banyak Angrem adalah jenis-jenis pusaka yang sangat sederhana bentuk dan modelnya dan sejak dulu sampai sekarang tidak banyak mendapatkan sentuhan variasi di dalam pembuatannya. Karena kesederhanaannya itu tidak banyak orang yang memberikan perhatian atau keinginan untuk memilikinya.
Tetapi satu hal yang tidak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa keris-keris tua berdapur banyak angrem ternyata memiliki keistimewaan dan kekuatan kegaiban yang jauh lebih baik daripada keris-keris atau pun pusaka-pusaka jenis lain yang umum.
Pada awal pembuatannya, keris-keris banyak angrem biasanya menjadi pusaka pribadi seorang empu keris / panembahan / pemuka kerohanian, tetapi banyak juga yang kemudian diberikan kepada raja-raja dan orang-orang yang sedang berkuasa untuk keteduhan dan pengayoman moral. Tetapi karena bentuknya yang sederhana dan ketidaktahuan manusia akan manfaatnya, banyak jenis keris itu yang diterlantarkan, tidak diinginkan dan / atau diberikan kepada orang lain, sehingga hilang dari daftar perbendaharaan pusaka.
Gaib dari keris-keris banyak angrem memiliki sifat karakter yang mirip dengan sifat karakter gaib mustika keong buntet dan kegaiban di dalam perkutut majapahit. Keris-keris banyak angrem bisa memberikan tuah apa saja yang bisa diberikan oleh keris-keris dan pusaka lain, tuah-tuah untuk kesaktian, keselamatan, wibawa kekuasaan, kerejekian, pengasihan, pengobatan gaib, keilmuan, kesepuhan, pengayoman dan banyak macam kegaiban lain sesuai yang diinginkan oleh pemiliknya (banyak fungsinya).
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem bila sudah cocok dengan manusia pemiliknya atau pembawanya, akan menyelaraskan dirinya dan membantu setiap usaha / aktivitas yang dilakukan oleh orang tersebut, apalagi bila orang tersebut menunjukkan rasa sayang dan merawatnya dan dapat mengsugesti sang gaib keris untuk membantunya.
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem berkarakter seperti Dewa Semar, yaitu berwatak keras dan berwibawa, tetapi bersifat mengayomi seperti orang tua, sehingga sifat wataknya serupa dengan keris tindih, dan mampu meredam gangguan / keanehan gaib dari jimat, pusaka atau gaib-gaib lain di sekitarnya. Tuah dari keris-keris ini juga melunturkan (meredam) ilmu kesaktian dan jimat / pusaka yang bersifat agresif dan menonjolkan kegagahan.
Makhluk Halus yang Menakutkan dari Kalimantan Barat
Berikut ini ada Makhluk mahluk mistik yang menakutkan dari Kalimantan Barat berikut ini.
1. Kuntilanak (Pontianak)
Kuntilanak atau Pontianak merupakan jenis hantu yang sangat umum diketahui oleh penduduk Kalimantan Barat bahkan oleh semua warga Indonesia. Hantu Pontianak sering digambarkan sebagai wujud wanita cantik yang berambut sangat panjang dan berbaju putih. Suara tertawanya seram dan kebanyakan meringkih.Lokasi diduga sering ditemukan : kuburan, pohon, rumah tua dan hutan.
2. Hantu jaring (hantu hujan panas)
Hantu ini muncul pada saat hujan panas. Diyakini oleh orang Kalimantan Barat sering menggangu anak kecil denga menyembunyikannya. Untuk menangkalnya biasanya dengan menyisipkan daun atau rumput di daun telinga. Lokasi diduga sering ditemukan : belakang rumah, sawah dan lapangan.
3. Jembalang tanah
Hantu yang berada di hutan-hutan. Diyakini sering mengganggu pejalan kaki dan mengakibatkan kaki korban bengkak tidak bisa berjalan. Lokasi diduga sering ditemukan : hutan dan lapangan.
4. Hantu Penanggal
Hantu ini berwujud kepala yang dilengkapi dengan organ dari leher sampai perut tetapi tanpa badan (hanya organnya saja). Mobilisasi dengan terbang menggunakan telinganya yang lebar. Sering mengganggu hewan atau manusia yang akan melahirkan serta diyakini biasanya memakan telur ayam peliharaan penduduk. Menurut cerita, hantu leak memiliki badan seperti manusia dan pada saat akan mengganggu penduduk, kepalanya beserta organ dalamnya keluar dari tubuh. Untuk membunuhnya dapat menggunakan daun jeruju atau duri dan dimasukkan ke dalam rongga tubuh yang ditinggalkan tadi. Ada juga yang mengatakan dapat dibunuh dengan memutar posisi badan yang ditinggalkannya. Lokasi diduga sering ditemukan : kandang ayam, rumah bersalin dan rumah penduduk yang akan melahirkan.
5. Bute
Hantu ini berwujud sapi dengan ukuran yang besar. Dapat mengganggu manusia yang masuk ke hutan, tetapi biasanya mengganggu sapi ternak penduduk yang dapat mengakibatkan kematian ternak dengan mukut yang berbuih. Lokasi diduga sering ditemukan : hutan, kebun, lapangan, semak dan kandang sapi.
6. Balai seribu
Jenis hantu ini sering menggangu orang yang masuk ke hutan yang lebat. Kedatangannya ditandai dengan angin kencang. Tidak begitu jelas deskripsi atau wujudnya.Diyakini dapat menyebabkan kematian. Lokasi diduga sering ditemukan : hutan belantara.
7. Hantu kambe’
Hantu kambe’ merupakan jenis hantu yang berwujud setengah kambing (binatang) dan setengah manusia. Ada yang menceritakan hantu ini memiliki badan manusia dengan rambut yang panjang dan berkaki kambing (seperti faun dalam dongeng eropa), tetapi ada juga yang meyakini hantu ini berwujud seperti kambing dengan surai yang panjang. Hntu ini bertubuh kerdil dan biasanya mengganggu kambing. Kehadirannya biasanya diikuti dengan suara kambing ribut yang diyakini disebabkan hantu ini ikut menyusu pada induk kambing. Lokasi diduga sering ditemukan : semak berlukar dan kandang kambing.
8. Rabing
Rabing berwujud seperti tikar yang terdapat di dalam air. Biasanya mendiami sungai-sungai yang angker dan sewaktu-waktu muncul kepermukaan. Hantu ini dapat menggulung manusia yang berenang sehinga dapat kehilangan nyawa karena lemas. Kadang-kadang juga digambarkan sebagai sosok makhluk seperti labi-labi. Lokasi diduga sering ditemukan : sungai dan danau.
1. Kuntilanak (Pontianak)
Kuntilanak atau Pontianak merupakan jenis hantu yang sangat umum diketahui oleh penduduk Kalimantan Barat bahkan oleh semua warga Indonesia. Hantu Pontianak sering digambarkan sebagai wujud wanita cantik yang berambut sangat panjang dan berbaju putih. Suara tertawanya seram dan kebanyakan meringkih.Lokasi diduga sering ditemukan : kuburan, pohon, rumah tua dan hutan.
2. Hantu jaring (hantu hujan panas)
Hantu ini muncul pada saat hujan panas. Diyakini oleh orang Kalimantan Barat sering menggangu anak kecil denga menyembunyikannya. Untuk menangkalnya biasanya dengan menyisipkan daun atau rumput di daun telinga. Lokasi diduga sering ditemukan : belakang rumah, sawah dan lapangan.
3. Jembalang tanah
Hantu yang berada di hutan-hutan. Diyakini sering mengganggu pejalan kaki dan mengakibatkan kaki korban bengkak tidak bisa berjalan. Lokasi diduga sering ditemukan : hutan dan lapangan.
4. Hantu Penanggal
Hantu ini berwujud kepala yang dilengkapi dengan organ dari leher sampai perut tetapi tanpa badan (hanya organnya saja). Mobilisasi dengan terbang menggunakan telinganya yang lebar. Sering mengganggu hewan atau manusia yang akan melahirkan serta diyakini biasanya memakan telur ayam peliharaan penduduk. Menurut cerita, hantu leak memiliki badan seperti manusia dan pada saat akan mengganggu penduduk, kepalanya beserta organ dalamnya keluar dari tubuh. Untuk membunuhnya dapat menggunakan daun jeruju atau duri dan dimasukkan ke dalam rongga tubuh yang ditinggalkan tadi. Ada juga yang mengatakan dapat dibunuh dengan memutar posisi badan yang ditinggalkannya. Lokasi diduga sering ditemukan : kandang ayam, rumah bersalin dan rumah penduduk yang akan melahirkan.
5. Bute
Hantu ini berwujud sapi dengan ukuran yang besar. Dapat mengganggu manusia yang masuk ke hutan, tetapi biasanya mengganggu sapi ternak penduduk yang dapat mengakibatkan kematian ternak dengan mukut yang berbuih. Lokasi diduga sering ditemukan : hutan, kebun, lapangan, semak dan kandang sapi.
6. Balai seribu
Jenis hantu ini sering menggangu orang yang masuk ke hutan yang lebat. Kedatangannya ditandai dengan angin kencang. Tidak begitu jelas deskripsi atau wujudnya.Diyakini dapat menyebabkan kematian. Lokasi diduga sering ditemukan : hutan belantara.
7. Hantu kambe’
Hantu kambe’ merupakan jenis hantu yang berwujud setengah kambing (binatang) dan setengah manusia. Ada yang menceritakan hantu ini memiliki badan manusia dengan rambut yang panjang dan berkaki kambing (seperti faun dalam dongeng eropa), tetapi ada juga yang meyakini hantu ini berwujud seperti kambing dengan surai yang panjang. Hntu ini bertubuh kerdil dan biasanya mengganggu kambing. Kehadirannya biasanya diikuti dengan suara kambing ribut yang diyakini disebabkan hantu ini ikut menyusu pada induk kambing. Lokasi diduga sering ditemukan : semak berlukar dan kandang kambing.
8. Rabing
Rabing berwujud seperti tikar yang terdapat di dalam air. Biasanya mendiami sungai-sungai yang angker dan sewaktu-waktu muncul kepermukaan. Hantu ini dapat menggulung manusia yang berenang sehinga dapat kehilangan nyawa karena lemas. Kadang-kadang juga digambarkan sebagai sosok makhluk seperti labi-labi. Lokasi diduga sering ditemukan : sungai dan danau.
Keris Dan Pria
Dimasa lalu, setiap pria Jawa terutama bangsawan dan priyayi, pada saat menjalankan tugasnya sehari-hari, selalu mengenakan busana tradisional lengkap dengan sebilah keris dipinggangnya. Setiap priyayi paling tidak memiliki dua buah, satu untuk dipakai harian, sedangkan yang lain untuk upacara resmi dan upacara di karaton. Tentu saja, keris yang kedua mempunyai kualitas dan penampilan yang lebih bagus.
Dizaman kuno, keris dipergunakan sebagai senjata untuk berperang ataupun untuk bertarung satu lawan satu. Pada saat ini, fungsi keris adalah untuk pelengkap busana tradisional. Namun demikian, keris tetap dihargai, diperlakukan dengan baik. Orang tradisional menghargai keris sebagai pusaka yang berharga dan barang seni yang bernilai tinggi. Keris dinilai berkualitas tinggi, kalau mempunyai penampilan fisik yang anggun dan punya daya spiritual yang bagus.
Orang Yang Sempurna
Menurut penilaian tradisional Jawa, seseorang telah dianggap sempurna kalau dia telah mempunyai lima hal, yaitu: Wismo, Wanito, Kukilo, Turonggo dan Curigo/Keris. Penjelasan singkatnya sebagai berikut :
1. Wismo artinya rumah. Orang yang telah mempunyai rumah tentunya penghasilannya cukup dan hidupnya mapan.
2. Wanito. Orang yang telah kawin dan punya istri ( demikian pula tentunya seorang wanita yang telah menikah), artinya telah memilih jalan hidup yang benar dan bertanggung jawab.
3. Kukilo artinya burung. Penjelasan filosofisnya adalah : nyanyian burung itu merdu bagai music atau alunan gamelan. Mendengar suara lembut, orang merasa tenang, enak, bahagia. Alangkah indahnya, bila seorang ayah,kepala keluarga berbicara dengan suara lembut ,itu tentu sangat menenangkan dan menyenangkan seluruh keluarga.
4. Turonggo artinya kuda. Kuda adalah alat trransportasi yang praktis dimasa lalu. Dia bisa dipakai menarik andong ataupun bisa ditunganggi untuk bepergian. Dalam hal ini, orang hendaknya memiliki kendaraan kehidupan ( mempunyai jalan hidup) yang bisa dengan baik dikendalikan supaya hidupnya mapan.
5. Curigo atau Keris. Kris itu tajam ujungnya. Ini melambangkan ketajaman pikir. Adalah sangat penting orang punya pikiran yang tajam dengan wawasan yang luas. Itu adalah urutan dimasa dulu. Kini, ada yang menyatakan bahwa urutan pertamanya adalah keris dengan alasan : otak yang cemerlang, intelligentsia adalah paling penting.
Dizaman kuno, keris dipergunakan sebagai senjata untuk berperang ataupun untuk bertarung satu lawan satu. Pada saat ini, fungsi keris adalah untuk pelengkap busana tradisional. Namun demikian, keris tetap dihargai, diperlakukan dengan baik. Orang tradisional menghargai keris sebagai pusaka yang berharga dan barang seni yang bernilai tinggi. Keris dinilai berkualitas tinggi, kalau mempunyai penampilan fisik yang anggun dan punya daya spiritual yang bagus.
Orang Yang Sempurna
Menurut penilaian tradisional Jawa, seseorang telah dianggap sempurna kalau dia telah mempunyai lima hal, yaitu: Wismo, Wanito, Kukilo, Turonggo dan Curigo/Keris. Penjelasan singkatnya sebagai berikut :
1. Wismo artinya rumah. Orang yang telah mempunyai rumah tentunya penghasilannya cukup dan hidupnya mapan.
2. Wanito. Orang yang telah kawin dan punya istri ( demikian pula tentunya seorang wanita yang telah menikah), artinya telah memilih jalan hidup yang benar dan bertanggung jawab.
3. Kukilo artinya burung. Penjelasan filosofisnya adalah : nyanyian burung itu merdu bagai music atau alunan gamelan. Mendengar suara lembut, orang merasa tenang, enak, bahagia. Alangkah indahnya, bila seorang ayah,kepala keluarga berbicara dengan suara lembut ,itu tentu sangat menenangkan dan menyenangkan seluruh keluarga.
4. Turonggo artinya kuda. Kuda adalah alat trransportasi yang praktis dimasa lalu. Dia bisa dipakai menarik andong ataupun bisa ditunganggi untuk bepergian. Dalam hal ini, orang hendaknya memiliki kendaraan kehidupan ( mempunyai jalan hidup) yang bisa dengan baik dikendalikan supaya hidupnya mapan.
5. Curigo atau Keris. Kris itu tajam ujungnya. Ini melambangkan ketajaman pikir. Adalah sangat penting orang punya pikiran yang tajam dengan wawasan yang luas. Itu adalah urutan dimasa dulu. Kini, ada yang menyatakan bahwa urutan pertamanya adalah keris dengan alasan : otak yang cemerlang, intelligentsia adalah paling penting.
Wahyu Keraton di dalam Keris Jawa
Di dalam dunia perkerisan dikenal adanya keris-keris khusus yang hanya patut dimiliki oleh orang-orang tertentu saja sesuai peruntukkan kerisnya, tidak semua orang cocok memilikinya dan tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat dari keris-keris itu.
Sebagian keris-keris yang bersifat khusus adalah yang disebut sebagai Keris Keraton, yaitu keris-keris yang maksud dan tujuan pembuatannya adalah untuk menjadi lambang kebesaran sebuah kerajaan / kadipaten / kabupaten, yang biasanya terkandung di dalamnya apa yang disebut sebagai Wahyu Keraton.
Yang dimaksud sebagai Keris Keraton bukanlah semua keris yang dimiliki oleh sebuah keraton, atau pun semua keris yang menjadi perbendaharaan sebuah keraton dan disimpan di dalam ruang pusaka kerajaan. Keris Keraton ini adalah keris-keris yang dalam pembuatannya khusus ditujukan untuk menjadi pusaka lambang kebesaran sebuah keraton (kerajaan, kadipaten / kabupaten), untuk dipasangkan dengan wahyu kepemimpinan yang sudah ada pada orang yang menjadi pemimpin di keraton tersebut.
Pengertian keraton adalah bukan semata-mata sebuah bangunan keraton yang menjadi istana raja / adipati / bupati. Sebuah keraton melambangkan kebesaran sebuah pemerintahan. Bangunannya sendiri hanyalah simbol dari adanya sebuah pemerintahan.
Keris Keraton dan Keris Pusaka Kerajaan agak sulit membedakannya. Orang harus memiliki spiritualitas yang tinggi untuk bisa membedakan kandungan wahyu di dalam masing-masing keris untuk bisa membedakan mana yang adalah Keris Keraton dan mana yang bukan Keris Keraton tetapi dijadikan Pusaka Kerajaan dan diperlakukan sama seperti sebuah Keris Keraton.
Dalam pengertian Keris Keraton, pusaka yang menjadi lambang kebesaran sebuah keraton, terkandung di dalamnya apa yang biasa disebut Wahyu Keraton. Jenis-jenis pusaka itu tidak boleh dipakai oleh sembarang orang, termasuk walaupun ia adalah anak seorang raja. Hanya orang-orang yang sudah menerima wahyu keraton / keprabon saja yang boleh memakainya, sehingga wahyu di dalam orang itu dan wahyu dari kerisnya akan mewujudkan sebuah sinergi kegaiban, yang kegaibannya tidak akan bisa disamai oleh jenis-jenis pusaka lain.
Keris-keris yang dalam pembuatannya khusus ditujukan untuk menjadi pusaka lambang kebesaran dan yang untuk menjadi keris-keris pusaka keraton (kerajaan, kadipaten / kabupaten), yang maksud pembuatannya ditujukan untuk dipasangkan dengan wahyu keprabon atau wahyu kepemimpinan yang sudah ada pada diri seseorang, memiliki tuah yang luar biasa, yang tidak bisa disejajarkan dengan keris-keris yang umum ataupun jimat-jimat dan mustika. Selain biasanya kerisnya berkesaktian tinggi, tuah dan wibawanya pun tidak sebatas hanya melingkupi diri manusia pemakainya, tetapi melingkupi suatu area yang luas yang menjadi wilayah kekuasaan yang harus dinaunginya. Biasanya sosok gaibnya juga adalah raja dan penguasa di alamnya. Karakter isi gaibnya menyerupai perwatakan wahyu keprabon yang menjadikan para mahluk halus dan manusia di dalam lingkup kekuasaannya menghormati si keris dan si manusia sebagai pemimpin dan penguasa di wilayah itu.
Sesuai sebutannya sebagai Keris Keraton, keris-keris itu mengandung di dalamnya apa yang disebut sebagai Wahyu Keraton, yaitu wahyu kepemimpinan dan kepangkatan, yang akan dapat mengantarkan manusia pemiliknya kepada posisi yang tinggi sebagai seorang kepala pemerintahan, menjadi raja, kepala negara atau kepala daerah, sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya.
Di bawah keris keraton, ada keris-keris lain yang mengandung di dalamnya apa yang disebut sebagai wahyu kepangkatan dan derajat, yaitu wahyu yang akan dapat mengantarkan manusia pemiliknya kepada posisi / jabatan yang tinggi setingkat menteri atau wakil kepala pemerintahan di dalam pemerintahan pusat ataupun daerah, sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya.
Keris-keris yang bersifat khusus di atas hanya patut dimiliki oleh orang-orang tertentu saja yang sesuai dengan tujuan keris-keris itu diciptakan, bukan untuk orang kebanyakan.
Keris-keris wahyu tersebut akan efektif bekerja hanya pada manusia pemiliknya yang sudah memiliki wahyu kepemimpinan / kepangkatan dalam dirinya, atau sesudah dimiliki oleh seorang keturunan yang cocok untuk menjadi wadah wahyunya.
Jika keris-keris itu sudah dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan peruntukkan kerisnya, keris-keris itu akan memancarkan aura wibawanya dan akan dapat mengantarkan orang tersebut kepada posisi yang tinggi sesuai dengan peruntukkan kerisnya dan akan membantunya mengamankan posisi dan jabatannya dari gangguan atau perbuatan orang lain yang merongrong martabat dan kewibawaannya.
Karena itulah pada masanya, mungkin juga sampai sekarang, banyak orang memiliki pengertian yang salah, seolah-olah siapa saja yang memiliki pusaka-pusaka keraton itu akan dapat menjadikannya lebih mudah menduduki tahta kekuasaan, sehingga banyak orang yang memiliki pamrih atas pusaka-pusaka tersebut.
Padahal segala sesuatunya tergantung pada orang itu sendiri, dan tergantung kepadanya juga apakah jiwa pusaka-pusaka keraton itu dapat luluh atau tidak ke dalam dirinya. Itulah yang disebut wahyu. Dan wahyu itu tidak dapat diperoleh hanya melalui pemilikan keris saja. Untuk dapat menerima wahyu, seseorang harus menjadikan dirinya sebagai wadah yang sesuai dengan watak dan sifat-sifat wahyunya. Karena itulah untuk dapat menerima sebuah wahyu seseorang harus bekerja keras, mesu raga penuh keprihatinan dan membentuk sifat-sifat kepribadian dan perbuatan yang sesuai dengan sifat-sifat wahyunya.
Seseorang yang memiliki sebuah keris pusaka keraton, bukanlah jaminan bahwa orang itu akan dapat mencapai tampuk pemerintahan selama jiwa orang tersebut masih belum luluh dengan jiwa keris-keris itu. Apabila seseorang telah benar-benar menguasai keris-keris tersebut, serta jiwa keris-keris itu telah luluh ke dalam dirinya, barulah orang tersebut mendapatkan sipat kandel yang sebenarnya. Selama masih ada selisih kebatinan antara seseorang dengan keris-keris itu, maka selama itu pula keris-keris keramat tersebut tidak akan berguna.
Karena itulah, meskipun seseorang berhasil menyimpan keris-keris itu untuk dirinya sendiri, dan seandainya dia ingin meraih tampuk pemerintahan, tidak akan dapat dicapainya dengan bantuan keris-keris itu, karena jiwa keris-keris itu tidak dapat luluh ke dalam dirinya. Itulah yang terjadi pada orang-orang yang berambisi menjadi penguasa, walaupun mereka membekali dirinya dengan bermacam-macam pusaka, tetapi tuah pusaka-pusaka itu tidak dapat menyatu dengan dirinya. Yang kemudian terjadi adalah keberadaan mereka hanya membuat kacau keadaan, pemerintahan yang tengah berjalan menjadi goyah karena digerilya oleh orang-orang tersebut. Rakyat yang menjadi korban.
Demikianlah keris-keris tersebut baru akan bermanfaat bagi pemiliknya apabila jiwa keris-keris itu telah luluh ke dalam dirinya.
Contohnya adalah keris-keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten, yang fisiknya cemerlang seperti emas dan intan. Apabila mereka telah luluh ke dalam diri seseorang, maka kecemerlangannya akan hilang, menjadi seperti keris biasa saja yang bersalutkan emas dan intan. Dan orang, yang jiwa keris-keris itu luluh ke dalam dirinya, orang itu akan memiliki sifat-sifat khusus yang meresap di dalam dirinya.
Kyai Nagasasra mempunyai karakter berwibawa, disujuti oleh kawula, dicintai dan dihormati rakyat, berperikemanusiaan, melindungi dan memberi kesejahteraan kepada rakyat.
Kyai Sabuk Inten mempunyai watak seperti lautan, luas tak bertepi, menampung arus sungai dan banjir yang bagaimanapun besarnya. Dan airnya selalu bergerak ke tempat yang membutuhkannya, tetapi gelombangnya dapat menunjukkan kedahsyatannya bila diperlukan.
Keris-keris Nagasasra dan Sabuk Inten melambangkan perwatakan Dewa Wisnu.
Keris-keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten masih harus dilengkapi dengan Kyai Sengkelat, keris yang juga tidak kalah pentingnya. Keris yang memiliki watak lengkap seorang prajurit sejati, mewakili perwatakan Dewa Hanoman, yang setia dan patuh pada kewajibannya, yang bekerja dan berjuang bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk tanah tumpah darah dan rakyatnya dengan penuh kejujuran dan tanpa pamrih, dan setia menjalankan perintah-perintah Yang Maha Kuasa.
Watak-watak manusia yang demikianlah yang dicari oleh mereka, yang diharapkan layak dan mampu menjadi pemimpin dan berbudi luhur, sejalan dengan watak dari keris-keris tersebut. Karenanya kesejahteraan rakyat dapat dijamin dan memberi kesempatan mengalirkan bantuannya kepada yang membutuhkannya.
Itulah sebabnya keris-keris tersebut di atas dan keris-keris lain yang dahulu terkenal kesaktiannya, sekarang tidak ada lagi dalam kehidupan manusia. Mereka telah moksa, masuk ke alam gaib bersama dengan fisik kerisnya, karena tidak mau jatuh ke tangan orang-orang yang mereka tidak berkenan. Tetapi pada waktunya nanti sesudah ditemukan sosok manusia yang sesuai dengan perkenan mereka, dengan sendirinya mereka akan datang menggabungkan diri dengan orang tersebut tanpa perlu diminta.
Keris-keris tertentu dulu yang terkenal kesaktian dan tuahnya, karena banyak orang yang ingin memilikinya dan memesan untuk dibuatkan, kemudian banyak dibuatkan tiruan / turunan-nya, sehingga kemudian banyak keris yang bentuknya seragam. Contoh keris yang banyak ditiru adalah keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten dan keris Kyai Sengkelat, dan keris-keris tiruannya sering disebut keris berdapur nagasasra (atau berdapur naga), berdapur sabuk inten atau berdapur sengkelat.
Bila yang membuat keris-keris berdapur naga atau sengkelat itu adalah empu yang sama dengan yang membuat keris aslinya, maka keris-keris itu disebut keris turunannya, tetapi bila yang membuatnya adalah empu lain, maka keris-keris itu disebut keris tiruannya (tetiron).
Sebagian keris-keris yang bersifat khusus adalah yang disebut sebagai Keris Keraton, yaitu keris-keris yang maksud dan tujuan pembuatannya adalah untuk menjadi lambang kebesaran sebuah kerajaan / kadipaten / kabupaten, yang biasanya terkandung di dalamnya apa yang disebut sebagai Wahyu Keraton.
Yang dimaksud sebagai Keris Keraton bukanlah semua keris yang dimiliki oleh sebuah keraton, atau pun semua keris yang menjadi perbendaharaan sebuah keraton dan disimpan di dalam ruang pusaka kerajaan. Keris Keraton ini adalah keris-keris yang dalam pembuatannya khusus ditujukan untuk menjadi pusaka lambang kebesaran sebuah keraton (kerajaan, kadipaten / kabupaten), untuk dipasangkan dengan wahyu kepemimpinan yang sudah ada pada orang yang menjadi pemimpin di keraton tersebut.
Pengertian keraton adalah bukan semata-mata sebuah bangunan keraton yang menjadi istana raja / adipati / bupati. Sebuah keraton melambangkan kebesaran sebuah pemerintahan. Bangunannya sendiri hanyalah simbol dari adanya sebuah pemerintahan.
Keris Keraton dan Keris Pusaka Kerajaan agak sulit membedakannya. Orang harus memiliki spiritualitas yang tinggi untuk bisa membedakan kandungan wahyu di dalam masing-masing keris untuk bisa membedakan mana yang adalah Keris Keraton dan mana yang bukan Keris Keraton tetapi dijadikan Pusaka Kerajaan dan diperlakukan sama seperti sebuah Keris Keraton.
Dalam pengertian Keris Keraton, pusaka yang menjadi lambang kebesaran sebuah keraton, terkandung di dalamnya apa yang biasa disebut Wahyu Keraton. Jenis-jenis pusaka itu tidak boleh dipakai oleh sembarang orang, termasuk walaupun ia adalah anak seorang raja. Hanya orang-orang yang sudah menerima wahyu keraton / keprabon saja yang boleh memakainya, sehingga wahyu di dalam orang itu dan wahyu dari kerisnya akan mewujudkan sebuah sinergi kegaiban, yang kegaibannya tidak akan bisa disamai oleh jenis-jenis pusaka lain.
Keris-keris yang dalam pembuatannya khusus ditujukan untuk menjadi pusaka lambang kebesaran dan yang untuk menjadi keris-keris pusaka keraton (kerajaan, kadipaten / kabupaten), yang maksud pembuatannya ditujukan untuk dipasangkan dengan wahyu keprabon atau wahyu kepemimpinan yang sudah ada pada diri seseorang, memiliki tuah yang luar biasa, yang tidak bisa disejajarkan dengan keris-keris yang umum ataupun jimat-jimat dan mustika. Selain biasanya kerisnya berkesaktian tinggi, tuah dan wibawanya pun tidak sebatas hanya melingkupi diri manusia pemakainya, tetapi melingkupi suatu area yang luas yang menjadi wilayah kekuasaan yang harus dinaunginya. Biasanya sosok gaibnya juga adalah raja dan penguasa di alamnya. Karakter isi gaibnya menyerupai perwatakan wahyu keprabon yang menjadikan para mahluk halus dan manusia di dalam lingkup kekuasaannya menghormati si keris dan si manusia sebagai pemimpin dan penguasa di wilayah itu.
Sesuai sebutannya sebagai Keris Keraton, keris-keris itu mengandung di dalamnya apa yang disebut sebagai Wahyu Keraton, yaitu wahyu kepemimpinan dan kepangkatan, yang akan dapat mengantarkan manusia pemiliknya kepada posisi yang tinggi sebagai seorang kepala pemerintahan, menjadi raja, kepala negara atau kepala daerah, sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya.
Di bawah keris keraton, ada keris-keris lain yang mengandung di dalamnya apa yang disebut sebagai wahyu kepangkatan dan derajat, yaitu wahyu yang akan dapat mengantarkan manusia pemiliknya kepada posisi / jabatan yang tinggi setingkat menteri atau wakil kepala pemerintahan di dalam pemerintahan pusat ataupun daerah, sesuai kelas dan peruntukkan kerisnya.
Keris-keris yang bersifat khusus di atas hanya patut dimiliki oleh orang-orang tertentu saja yang sesuai dengan tujuan keris-keris itu diciptakan, bukan untuk orang kebanyakan.
Keris-keris wahyu tersebut akan efektif bekerja hanya pada manusia pemiliknya yang sudah memiliki wahyu kepemimpinan / kepangkatan dalam dirinya, atau sesudah dimiliki oleh seorang keturunan yang cocok untuk menjadi wadah wahyunya.
Jika keris-keris itu sudah dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan peruntukkan kerisnya, keris-keris itu akan memancarkan aura wibawanya dan akan dapat mengantarkan orang tersebut kepada posisi yang tinggi sesuai dengan peruntukkan kerisnya dan akan membantunya mengamankan posisi dan jabatannya dari gangguan atau perbuatan orang lain yang merongrong martabat dan kewibawaannya.
Karena itulah pada masanya, mungkin juga sampai sekarang, banyak orang memiliki pengertian yang salah, seolah-olah siapa saja yang memiliki pusaka-pusaka keraton itu akan dapat menjadikannya lebih mudah menduduki tahta kekuasaan, sehingga banyak orang yang memiliki pamrih atas pusaka-pusaka tersebut.
Padahal segala sesuatunya tergantung pada orang itu sendiri, dan tergantung kepadanya juga apakah jiwa pusaka-pusaka keraton itu dapat luluh atau tidak ke dalam dirinya. Itulah yang disebut wahyu. Dan wahyu itu tidak dapat diperoleh hanya melalui pemilikan keris saja. Untuk dapat menerima wahyu, seseorang harus menjadikan dirinya sebagai wadah yang sesuai dengan watak dan sifat-sifat wahyunya. Karena itulah untuk dapat menerima sebuah wahyu seseorang harus bekerja keras, mesu raga penuh keprihatinan dan membentuk sifat-sifat kepribadian dan perbuatan yang sesuai dengan sifat-sifat wahyunya.
Seseorang yang memiliki sebuah keris pusaka keraton, bukanlah jaminan bahwa orang itu akan dapat mencapai tampuk pemerintahan selama jiwa orang tersebut masih belum luluh dengan jiwa keris-keris itu. Apabila seseorang telah benar-benar menguasai keris-keris tersebut, serta jiwa keris-keris itu telah luluh ke dalam dirinya, barulah orang tersebut mendapatkan sipat kandel yang sebenarnya. Selama masih ada selisih kebatinan antara seseorang dengan keris-keris itu, maka selama itu pula keris-keris keramat tersebut tidak akan berguna.
Karena itulah, meskipun seseorang berhasil menyimpan keris-keris itu untuk dirinya sendiri, dan seandainya dia ingin meraih tampuk pemerintahan, tidak akan dapat dicapainya dengan bantuan keris-keris itu, karena jiwa keris-keris itu tidak dapat luluh ke dalam dirinya. Itulah yang terjadi pada orang-orang yang berambisi menjadi penguasa, walaupun mereka membekali dirinya dengan bermacam-macam pusaka, tetapi tuah pusaka-pusaka itu tidak dapat menyatu dengan dirinya. Yang kemudian terjadi adalah keberadaan mereka hanya membuat kacau keadaan, pemerintahan yang tengah berjalan menjadi goyah karena digerilya oleh orang-orang tersebut. Rakyat yang menjadi korban.
Demikianlah keris-keris tersebut baru akan bermanfaat bagi pemiliknya apabila jiwa keris-keris itu telah luluh ke dalam dirinya.
Contohnya adalah keris-keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten, yang fisiknya cemerlang seperti emas dan intan. Apabila mereka telah luluh ke dalam diri seseorang, maka kecemerlangannya akan hilang, menjadi seperti keris biasa saja yang bersalutkan emas dan intan. Dan orang, yang jiwa keris-keris itu luluh ke dalam dirinya, orang itu akan memiliki sifat-sifat khusus yang meresap di dalam dirinya.
Kyai Nagasasra mempunyai karakter berwibawa, disujuti oleh kawula, dicintai dan dihormati rakyat, berperikemanusiaan, melindungi dan memberi kesejahteraan kepada rakyat.
Kyai Sabuk Inten mempunyai watak seperti lautan, luas tak bertepi, menampung arus sungai dan banjir yang bagaimanapun besarnya. Dan airnya selalu bergerak ke tempat yang membutuhkannya, tetapi gelombangnya dapat menunjukkan kedahsyatannya bila diperlukan.
Keris-keris Nagasasra dan Sabuk Inten melambangkan perwatakan Dewa Wisnu.
Keris-keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten masih harus dilengkapi dengan Kyai Sengkelat, keris yang juga tidak kalah pentingnya. Keris yang memiliki watak lengkap seorang prajurit sejati, mewakili perwatakan Dewa Hanoman, yang setia dan patuh pada kewajibannya, yang bekerja dan berjuang bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi untuk tanah tumpah darah dan rakyatnya dengan penuh kejujuran dan tanpa pamrih, dan setia menjalankan perintah-perintah Yang Maha Kuasa.
Watak-watak manusia yang demikianlah yang dicari oleh mereka, yang diharapkan layak dan mampu menjadi pemimpin dan berbudi luhur, sejalan dengan watak dari keris-keris tersebut. Karenanya kesejahteraan rakyat dapat dijamin dan memberi kesempatan mengalirkan bantuannya kepada yang membutuhkannya.
Itulah sebabnya keris-keris tersebut di atas dan keris-keris lain yang dahulu terkenal kesaktiannya, sekarang tidak ada lagi dalam kehidupan manusia. Mereka telah moksa, masuk ke alam gaib bersama dengan fisik kerisnya, karena tidak mau jatuh ke tangan orang-orang yang mereka tidak berkenan. Tetapi pada waktunya nanti sesudah ditemukan sosok manusia yang sesuai dengan perkenan mereka, dengan sendirinya mereka akan datang menggabungkan diri dengan orang tersebut tanpa perlu diminta.
Keris-keris tertentu dulu yang terkenal kesaktian dan tuahnya, karena banyak orang yang ingin memilikinya dan memesan untuk dibuatkan, kemudian banyak dibuatkan tiruan / turunan-nya, sehingga kemudian banyak keris yang bentuknya seragam. Contoh keris yang banyak ditiru adalah keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten dan keris Kyai Sengkelat, dan keris-keris tiruannya sering disebut keris berdapur nagasasra (atau berdapur naga), berdapur sabuk inten atau berdapur sengkelat.
Bila yang membuat keris-keris berdapur naga atau sengkelat itu adalah empu yang sama dengan yang membuat keris aslinya, maka keris-keris itu disebut keris turunannya, tetapi bila yang membuatnya adalah empu lain, maka keris-keris itu disebut keris tiruannya (tetiron).
Situs Pangrumasan Kyai Bagus Santri
Nama Pangrumasan merupakan sebuah dusun di Desa Banjarananyar Kecamatan Banjarsari merupakan sebuah desa , yang terletak di wilayah Ciamis, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pamarican, Sebelah Timur dengan Kecamatan Padaherang, sebelah Utara dengan Desa Cigayam dan sebelah selatan dengan Kecamatan Langkaplancar.
Nama Pangrumasan merupakan situs tinggalan di sebuah dusun Pangrumasan dengan luas kurang lebih 14 Ha , merupakan tinggalan makam keramat Kiyai Bagus Santri seorang ulama Islam penyebar agama Islam di Daerah Banjarananyar dan sekitarnya Dari Kerajaaan Demak.
Sebagai bukti adanya tinggalan makam patilasan di Situs Pangrumasan adanya makam keramat Kiyai Bagus Santri beberapa peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala yang diperkirakan berupa situs antara lain :
a. Situs Pangrumasan
b. Situs Batu Gajah
c. Situs Curug Bandung
d. Kedung Bulan
e. Batu Pangsalatan sekarang terkubur.
Kiyai Bagus Santri diperkirakan masuk ke daerah Banjarannyar Kecamatan Banjasari untuk menyebarkan agama Islam sekitar abad 14 dan 15 semasa kerajaaan Demak yang terkenal dengan Rajanya Raden Fatah. Kiayai Bagus Santri meskipun tokoh Islam yang berdialek suku Jawa akan tetapi tetap bisa diterima oleh masyarakar Banjarananyar dan sekitarnya karena sebagian mayoritas di daerah tersebut bisa berbahasa Jawa karena dimungkinkan adanya urbanisasi Dari daerah Cilacap dan Banyumas yang menetap di daerah tersebut.
Latar Belakang Sejarah
Syahdan salah seorang utusan Kiyai Bagus Santri Dari Kerajaan Demak bermaksud untuk menyebarkan agama Islam di daerah tanah Pasundan atas titah Raden Fatah di daerah Banjarananyar Banjarsari dan sekitarnya. Karena pada waktu itu di daerah Tatah Pasundan berdiri Kerajaan besar Galuh dan Galuh Kawali yang masih menganut agama Hindu, maka Kiyai bagus Santri bermaksud untuk mengIslamkan kedua kerajaan tersebut, akan tetapi karena kedua kerajaan tersebut sangat kuat dan besar pengaruhnya terhadap masyarakatnya, maka Kiyai Bagus Santri berusaha untuk menyebabarkan Agama Islam melalui daerah pinggiran perbukitan dan pegunungan daerah Ciamis Selatan. Karena untuk penyebaran Agama Islam Dari daerah Utara Ciamis dari Kerajaan Cirebon. Akhirnya Kiyai Bagus Santri mendatangi daerah Timiur dan Selatan Tatah Pasundan untuk menyebarkan Agama Islam. Akhirnya beliau di daerah Pangrumasan desa Cigayam yang kemudian dimekarkan menjadi desa Banjarananyar sekarang. Beberapa waktu kemudian akhirnya rombongan Kiyai Bagus Santri dapat diterima oleh masyarakat tersebut untuk memeluk dan bersedia masuk Islam dengan cara damai.
Ritual Adat Setempat
Ritual adat yang selalu dilaksanakan di situs Pangrumasan Patilasan Kiyai Bagus Santri adalah NYIMBUR yaitu : Ritual adat yang biasanya dilaksanakan pada tiap tanggal 14 Maulud, merupakan ungkapan rasa syukur pada Alloh Yang Maha Kuasa yang memberikan rejeki dan menafakuri ajaran Islam Kiyai Bagus santri yang telah menyebarkan Agama Islam pertama sampai sekarang. Ritual nyimbur diisi dengan mediasi tolak bala Dari berbagai penyakit supaya tidak berjangkit pada masyarakat Banjarananyar dan sekitarnya, dengan cara menyemburkan air dari seeng dengan daun hanjuang, air tersebut diambil dari mata air curug Bandung kemudian disemburkan oleh kuncen atau masyarakat kepada seluruh masyarakat yang hadir pada kegiatan tersebut. Kemudian secara bersama-sama membersihkan benda-benda pusaka tinggalan karuhun semasa Kiyai Bagus Santri di tempat Bale Bandung.
Ziarah
Ziarah kliwon biasa dilaksanakan setiap jumat kliwon kecuali jumat kliwon bulan mulud dan jumat kliwon bulan puasa. Biasanya dilaksanakan dengan cara tawasulan bermunajat pada Yang Maha Kuasa supaya diberi kesalamatan lahir dan batin dengan perantaraan mencari berkah di Patilasan Kiayai Bagus Santri, kemudian setelah melakukan ziarah Kliwon mereka makan nasi tumpeng secara bersamaan.
Berdasarkan kondisi dan potensi situs Pangrumasan Patilasan Kiyai Bagus Santri Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis yang memiliki kurang lebih 14 Hektar telah ditemukan beberapa Benda Cagar Budaya yang sangat penting sebagai bukti temuan sejarah kepurbakaan yang ada di situs tersebut. Sehingga perlu ditindaklanjuti keberadanya untuk dijadikan bahan penelitian oleh para ahli kesejarahan dan kepurbakalaan serta arkeolog guna membuktikan bahwa BCB tersebut mempunyai kandungan nilai-nilai tradisi yang sangat tinggi sebagai bahan kajian untuk dijadikan telaahan sebagai bahan bukti untuk dijadikan sebuah situs yang bersifat nasional.
Benda Cagar Budaya:
Nama Pangrumasan merupakan situs tinggalan di sebuah dusun Pangrumasan dengan luas kurang lebih 14 Ha , merupakan tinggalan makam keramat Kiyai Bagus Santri seorang ulama Islam penyebar agama Islam di Daerah Banjarananyar dan sekitarnya Dari Kerajaaan Demak.
Sebagai bukti adanya tinggalan makam patilasan di Situs Pangrumasan adanya makam keramat Kiyai Bagus Santri beberapa peninggalan-peninggalan sejarah dan purbakala yang diperkirakan berupa situs antara lain :
a. Situs Pangrumasan
b. Situs Batu Gajah
c. Situs Curug Bandung
d. Kedung Bulan
e. Batu Pangsalatan sekarang terkubur.
Kiyai Bagus Santri diperkirakan masuk ke daerah Banjarannyar Kecamatan Banjasari untuk menyebarkan agama Islam sekitar abad 14 dan 15 semasa kerajaaan Demak yang terkenal dengan Rajanya Raden Fatah. Kiayai Bagus Santri meskipun tokoh Islam yang berdialek suku Jawa akan tetapi tetap bisa diterima oleh masyarakar Banjarananyar dan sekitarnya karena sebagian mayoritas di daerah tersebut bisa berbahasa Jawa karena dimungkinkan adanya urbanisasi Dari daerah Cilacap dan Banyumas yang menetap di daerah tersebut.
Latar Belakang Sejarah
Syahdan salah seorang utusan Kiyai Bagus Santri Dari Kerajaan Demak bermaksud untuk menyebarkan agama Islam di daerah tanah Pasundan atas titah Raden Fatah di daerah Banjarananyar Banjarsari dan sekitarnya. Karena pada waktu itu di daerah Tatah Pasundan berdiri Kerajaan besar Galuh dan Galuh Kawali yang masih menganut agama Hindu, maka Kiyai bagus Santri bermaksud untuk mengIslamkan kedua kerajaan tersebut, akan tetapi karena kedua kerajaan tersebut sangat kuat dan besar pengaruhnya terhadap masyarakatnya, maka Kiyai Bagus Santri berusaha untuk menyebabarkan Agama Islam melalui daerah pinggiran perbukitan dan pegunungan daerah Ciamis Selatan. Karena untuk penyebaran Agama Islam Dari daerah Utara Ciamis dari Kerajaan Cirebon. Akhirnya Kiyai Bagus Santri mendatangi daerah Timiur dan Selatan Tatah Pasundan untuk menyebarkan Agama Islam. Akhirnya beliau di daerah Pangrumasan desa Cigayam yang kemudian dimekarkan menjadi desa Banjarananyar sekarang. Beberapa waktu kemudian akhirnya rombongan Kiyai Bagus Santri dapat diterima oleh masyarakat tersebut untuk memeluk dan bersedia masuk Islam dengan cara damai.
Ritual Adat Setempat
Ritual adat yang selalu dilaksanakan di situs Pangrumasan Patilasan Kiyai Bagus Santri adalah NYIMBUR yaitu : Ritual adat yang biasanya dilaksanakan pada tiap tanggal 14 Maulud, merupakan ungkapan rasa syukur pada Alloh Yang Maha Kuasa yang memberikan rejeki dan menafakuri ajaran Islam Kiyai Bagus santri yang telah menyebarkan Agama Islam pertama sampai sekarang. Ritual nyimbur diisi dengan mediasi tolak bala Dari berbagai penyakit supaya tidak berjangkit pada masyarakat Banjarananyar dan sekitarnya, dengan cara menyemburkan air dari seeng dengan daun hanjuang, air tersebut diambil dari mata air curug Bandung kemudian disemburkan oleh kuncen atau masyarakat kepada seluruh masyarakat yang hadir pada kegiatan tersebut. Kemudian secara bersama-sama membersihkan benda-benda pusaka tinggalan karuhun semasa Kiyai Bagus Santri di tempat Bale Bandung.
Ziarah
Ziarah kliwon biasa dilaksanakan setiap jumat kliwon kecuali jumat kliwon bulan mulud dan jumat kliwon bulan puasa. Biasanya dilaksanakan dengan cara tawasulan bermunajat pada Yang Maha Kuasa supaya diberi kesalamatan lahir dan batin dengan perantaraan mencari berkah di Patilasan Kiayai Bagus Santri, kemudian setelah melakukan ziarah Kliwon mereka makan nasi tumpeng secara bersamaan.
Berdasarkan kondisi dan potensi situs Pangrumasan Patilasan Kiyai Bagus Santri Desa Banjaranyar Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis yang memiliki kurang lebih 14 Hektar telah ditemukan beberapa Benda Cagar Budaya yang sangat penting sebagai bukti temuan sejarah kepurbakaan yang ada di situs tersebut. Sehingga perlu ditindaklanjuti keberadanya untuk dijadikan bahan penelitian oleh para ahli kesejarahan dan kepurbakalaan serta arkeolog guna membuktikan bahwa BCB tersebut mempunyai kandungan nilai-nilai tradisi yang sangat tinggi sebagai bahan kajian untuk dijadikan telaahan sebagai bahan bukti untuk dijadikan sebuah situs yang bersifat nasional.
Benda Cagar Budaya:
- Keris Kujang
- Keris Kujang Kudi Jawa
- Tombak berjagak
- Gerabah dan keramik
- Tombak berjumlah 5 buah
- Golok tua berjumlah 5 buah
- Keris kurang lebih berjumlah 100 buah
- Padud Emas
- Batu Peluru bulat
- Batu Peluru Lonjong
- Buku Kitab Dari kulit kayu 1 buah
- Buku Naskah wawacan 1 buah
- Buku naskah berjumlah 4 buah
- Waditra Bonang 3 buah
- Goong kecil 1 buah
- Keris luk 9
- Keris kecil lurus 1 buah
- Batu buli-buli
- Bokor lampu