Bagi sebagian masyarakat Ketapang, makam keramat tujuh tentu sudah tidak asing lagi. Makan tersebut terletak di Kelurahan Mulya Kerta Kecamatan Benua Kayong, Kabupaten Ketapang, yang selalu ramai dikunjungi warga saat hari raya idul fitri ataupun hari-hari besar lainnya.
Saat Tribun berkunjung ke makam yang berada di tepi jalan tersebut, terlihat pintunya terkunci rapat. Pada sisi pagar tersebut tertera nomor telphon juru kunci atas nama Uti Mahyus, yang siap dipanggil kapanpun jika ingin masuk ke makam tersebut kapanpun saatnya.
Saat Tribun berkunjung ke makam yang berada di tepi jalan tersebut, terlihat pintunya terkunci rapat. Pada sisi pagar tersebut tertera nomor telphon juru kunci atas nama Uti Mahyus, yang siap dipanggil kapanpun jika ingin masuk ke makam tersebut kapanpun saatnya.
Ketika memasuki perumahan makam, lantainya terlihat kotor, itu menandakan bahwa makam tersebut sudah lama tak dikunjungi masyarakat yang hendak berjiarah. Sedangkan pada dinding deknya juga terlihat sudah mulai rusak.
"Kalau puasa seperti ini memang sepi yang datang, kecuali hari raya idul fitri ramai orang-orang yang datang, bahkan bukan hanya umat muslim namun juga ada masyarakat dari agama lain, " kata Mahyus sembari terus menyapu lantai.
Makam Keramat tujuh ini dulunya ditemukan secara tidak sengaja oleh warga, awal penemuan hanya tujuh buah, namun setelah dilakukan pencarian terdapat banyak makam di sekitar tersebut. Dari situlah kemudian makam tersebut disebut makam keramat tujuh.
Satu diantara batu nisan yang dapat diidentifikasi adalah tahun 1363 saka, atau 1441 masehi, nisan yang terbuat dari batu andesit tersebut berhuruf arab, dari batu nisan tersebut dapat dipastikan bahwa nisan makam tersebut adalah makam muslim. Yang dikebumikan tergolong orang yang terhormat, apakah itu ulama, penyebar agama, raja ataupun keturunan raja yang bermukim di Ketapang Tempoe Doeloe,
Selain bertahun 363 saka, pada nisan yang lain diperkirakan usianya lebih tua dari 1441, di mana terdapat nisan bergambarkan teratai yang melambangkan peradapan hindu. Adanya dua peradaban yang berbeda pada dua makam tersebut merupakan pesan menarik bagi para arkeolog. Selain itu dua nisan lain tertulis tahun saka yang tidak jelas, tiga digit tahun tersebut dapat dibaca, sedangkan huruf keempat berhuruf bunga.