Keramat selalu mengundang daya tarik bagi orang ramai. Terutama ketika menyangkut yang sudah pergi. Adalah sebuah makam keramat seorang habib, Habib Kuncung, di Kalibata, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu membikin ribuan orang berebut mencium pusaranya.
Dalam gelaran ziarah akbar ini, pengunjung dari berbagai wilayah Jabotadebek berduyun-duyun mendatangi makam Habib Ahmad Bin Alwi Al Haddad atau Habib Kuncung, yang dipercaya sebagai salah satu keturunan Nabi Muhammad.
Sejak pagi komplek makam Keluarga Habib Abdullah Bin Ja’far Alhaddad ini terlihat ramai terutama sepanjang jalan menuju makam. Di kanan kiri jalan para pedagang pernak- pernik seperti tasbih, baju muslim dan minyak wangi juga tidak ketinggalan menyemarakkan ziarah kali ini.
Pengunjung yang sebagian besar laki-laki dengan setelan putih-putih terlihat memenuhi komplek makam dan rela duduk di sela-sela makam untuk melanturkan Surat Yasiin dan Tahlil secara berjamaah.
Sejak pagi komplek makam Keluarga Habib Abdullah Bin Ja’far Alhaddad ini terlihat ramai terutama sepanjang jalan menuju makam. Di kanan kiri jalan para pedagang pernak- pernik seperti tasbih, baju muslim dan minyak wangi juga tidak ketinggalan menyemarakkan ziarah kali ini.
Pengunjung yang sebagian besar laki-laki dengan setelan putih-putih terlihat memenuhi komplek makam dan rela duduk di sela-sela makam untuk melanturkan Surat Yasiin dan Tahlil secara berjamaah.
Imam, seorang peziarah dari Depok mengatakan bahwa kedatangannnya ke sini merupakan kegiatan rutin yang diikutinya selama sethun terakhir agar mendapat syafaat dari Nabi dengan memuliakan keturunan-keturunan Nabi.
Dengan khidmat para pengunjung mengikuti setiap rangkaian acara termasuk ketika hidangan mulai diedarkan oleh penyelenggara. Nasi Kebuli dengan daging kambing yang menjadi hidangan bagi pengunjung sore itu tersaji dalam wadah berwarna hijau yang disantap dua sampai tiga orang. Tanpa sendok dan garpu dalam beberapa menit, sajian yang ada tandas.
Setelah para habib yang memimpin doa meninggalkan komplek makam, para pengunjung berjubal-jubal mendekati pusara Sang Habib. Agak berebut pengunjung berusaha untuk mencium pusara yang dikeramatkan itu. Tak hanya laki-laki, beberapa pengunjung perempuan bahkan anak-anak juga ikut berdesakan melakukan hal yang sama.
Ada hal yang cukup aneh, selepas doa penutup Tahlil, tiba-tiba terdengar ledakan yang cukup keras di belakang komplek makam. Beberapa orang berlari ke sumber suara yang ternyata berasal dari suara petasan yang dibakar salah seorang peziarah. Tak ada yang protes, sehingga nampaknya ini merupakan bagian dari acara yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Menjelang petang acara selesai dan pengunjung mulai meninggalkan tempat acara. Tak lupa, air dari gentong-gentong di pinggir makam dibawa pulang sebagai bekal. Jalan-jalan semakin lengang dengan sisa para pedagang yang mengemasi sisa dagangannya.
Ada hal yang cukup aneh, selepas doa penutup Tahlil, tiba-tiba terdengar ledakan yang cukup keras di belakang komplek makam. Beberapa orang berlari ke sumber suara yang ternyata berasal dari suara petasan yang dibakar salah seorang peziarah. Tak ada yang protes, sehingga nampaknya ini merupakan bagian dari acara yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Menjelang petang acara selesai dan pengunjung mulai meninggalkan tempat acara. Tak lupa, air dari gentong-gentong di pinggir makam dibawa pulang sebagai bekal. Jalan-jalan semakin lengang dengan sisa para pedagang yang mengemasi sisa dagangannya.
Namun, satu hal yang masih menyisakan keheranan, kehidupan kaum urban di Jakarta memang sulit untuk dipahami, terutama ketika dihubungkan dengan ke-keramatan.