Keramat Plangon

Keramat Plangon merupakan salah satu objek purbakala dari zaman Islam. Di keramat ini terdapat makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan. Lokasi Keramat Plangon secara administratif termasuk di wilayah Desa Babakan, Kecamatan Sumber. Lokasi ini sangat mudah dicapai dengan kendaraan roda dua maupun roda empat karena berada di tepi sebelah tenggara jalan raya yang menghubungkan Sumber – Mandiracan, Kabupaten Kuningan. Dari Sumber berjarak sekitar 1 km. Kawasan keramat merupakan hutan yang berada pada bukit. Luas kawasan tersebut sekitar 48 hektar dibatasi oleh kebun dan sawah di sebelah utara, sebelah timur Sungai Cipager, sebelah selatan sawah, dan sebelah barat jalan raya.

Untuk memasuki komplek ini melewati gerbang yang berada di barat laut. Dengan melewati jalan berundak yang berkelok akan sampai di puncak bukit di mana terdapat keramat. Pada lokasi tertentu di sepanjang jalan berundak tersebut disediakan selter untuk istirahat bagi peziarah yang kelelahan. Di sepanjang jalan berundak tersebut dapat disaksikan tingkah polah kera liar yang jinak. Konon kera-kera tersebut adalah peliharaan Pangeran Panjunan.
 
Di puncak bukit merupakan tanah datar yang sudah dilengkapi berbagai bangunan fasilitas bagi para peziarah seperti pendapa dan kamar kecil. Fasilitas ini dibangun pada 2005/2006. Bangunan cungkup makam berada di bagian utara halaman menghadap ke selatan. Bangunan keramat merupakan semacam bangunan berundak ke belakang terdiri tiga bagian yaitu halaman pertama, halaman kedua, dan bangunan cungkup makam. Seluruh bagian bangunan berwarna merah bata kecuali pintu cungkup berwarna hijau muda. 
Jalan masuk menuju halaman pertama terdapat di sisi selatan berupa dua jalan berundak masing-masing terdiri 7 undakan. Jalan masuk pertama berada di bagian tengah dan jalan masuk lainnya berada di sebelah timur jalan masuk pertama. Kedua tangga naik ini merupakan bangunan baru terbuat dari batu yang disemen. Dinding tembok (talud) pada bagian bawah tidak dilepa. Talud di sisi kiri (selatan) jalan masuk pertama terbagi dalam 6 panil yang masing-masing dipisahkan pilaster bata. Talud di antara jalan masuk pertama dan kedua terbagi dalam 3 panel dan di sebelah kanan (timur) jalan masuk kedua terbagi 2 panel. Pada setiap panil terdapat hiasan tempel piring porselain. Puncak talud dibentuk melengkung, pada setiap ujungnya dihias kemuncak. Pembatas antara halaman pertama dan kedua juga berupa dinding talud. 
Memasuki halaman kedua melewati jalan berundak yang juga terdiri dua buah. Kedua jalan masuk ini posisinya lurus dengan tangga masuk ke halaman pertama. Talud pembatas halaman pertama dan kedua bentuknya sama dengan talud halaman pertama. Halaman kedua berukuran panjang 5,5 m dan lebar 11,25 m. Pada bagian barat dan timur terdapat semacam bangunan gardu jaga. Lantai dan talud halaman pertama dan kedua dipugar pada tahun 1970 karena lantai terkelupas oleh kera-kera yang ingin mengambil binatang dari dalam tanah di bawah lantai.
Makam keramat telah diberi cungkup, terdiri bagian teras dan ruang utama. Pintu masuk cungkup terdiri satu pintu terletak di tengah. Pada kanan kirinya terdapat pilar semu yang dihias tempelan piring keramik Eropa. Piring-piring tersebut makin ke atas makin kecil. Pirig bagian bawah paling besar dengan warna hijau, bagian tengah berwarna coklat dan bagian atas berwarna kebiruan.
 
Atap ruang utama cungkup berbentuk tajug sedangkan atap serambi cungkup berbentuk panggang pe. Ruang utama cungkup berukuran 3,15 x 3,25 m sedangkan serambi berukuran 2 x 7,3 m. Bangunan cungkup dipugar tahun 1997. Di dalam ruang utama cungkup terdapat dua makam. Tokoh utama yang dimakamkan adalah Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan.
 
Sejarah mengenai kedua tokoh ini berkaitan dengan islamisasi tanah Jawa. Diceritakan konon pada abad ke-14 Raja Sulaeman bin Hud Al Baghdad dari Kerajaan Baghdad, Irak berputrakan Syech Syarif Abdurachman (Pangeran Panjunan), Syech Syarif Abdurachim (Pangeran Kejaksan), Syech Sayarif Kahfi dan Syarifah Bagdad. Keempat putra raja ini diikuti ± 1.200 orang dengan menggunakan 4 buah kapal berlayar untuk menyebarkan agama Islam di Jawa. Masing-masing kapal disertai 300 orang. Di antara pengikut tersebut terdapat sekitar 66 orang sebagai pengikut Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan.
Sesampainya di Giri Toba (Plangon) kemudiaan diadakan rapat di Puser Giri Toba yang sekarang menjadi tempat tinggalnnya (Astana Pelataran/Makam). Berdasarkan hasil rapat diadakan pembagian tugas, seperti ke Luar Batang, Demak, Kuningan, Darmayan, Kerajaan Galuh dan lain-lain. Pangeran Kejaksan semasa hidupnya  tinggal di Kejaksan dan memangku jabatan sebagai jaksa I/Lurah I. Beliau wafat pada tanggal 27  Rajab dan di makamkan di Plangon.
 
Sedangkan Pangeran Panjunan semasa hidupnya tinggal di Panjunan, hinggga wafatnya pada tanggal 2 Syawal dan dimakamkan di Plangon. Makamnya bedampingan dengan Pangeran Kejaksan. Adapun turunannya adalah (1) Ki  Gedeng Gamel, (2) Ki Gedeng Kali Walu, (3)  Ki Gedeng Trusmi, (4) Ki Gedeng Weku, (5) Losarang, (6) Bedulan, (7) Celancung, (8) Ki Gedeng Pati dan (9) Ki Dampul. Sepeninggal Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan maka pada setiap tanggal 27 Rajab dan 2 Syawal makam tersebut banyak dikunjungi oleh keluarga Panjunan dan Kejaksan serta masyarakat dengan tujuan berziarah sebagai tepung tahun ketemu tahun berikutnya atau masa ziarah berikutnya. Komplek ini sekarang dikelola oleh Keraton Kanoman Cirebon.
 

SEO Stats powered by MyPagerank.Net

 Subscribe in a reader

Add to Google Reader or Homepage

Powered by FeedBurner

Waris Djati

↑ Grab this Headline Animator

My Ping in TotalPing.com Protected by Copyscape Online Copyright Protection Software DMCA.com Literature Blogs
Literature blog Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free! free web site traffic and promotion Submitdomainname.com Sonic Run: Internet Search Engine
eXTReMe Tracker
free search engine website submission top optimization