Asta Juruhan di Sumenep

Asta  Juruhan Jujukan Para Usahawan, Tempatnya cukup jauh, namun tidak mengurangi niat orang yang ingin ziarah ke tempat ini. Tiap hari puluhan, bahkan pada hari-hari tertentu jumlahnya mengalami lonjakan yang datang ke makam ini. Konon, telah para para usahawan yang telah sukses setelah lelaku di Asta Juruhan. Asta Juruhan letaknya cu­kup jauh dari Kota Sumenep, sekitar 30 KM. Tepatnya berada di Desa Ju­ruhan, Kecamatan Batu- putih, Sumenep. Namun, letaknya yang jauh tak mengurangi niat orang-orang yang ingin berziarah ke tempat ini. Baik yang berasal dari sekitar Sumenep, maupun yang ber­asal dari Madura. Seperti Situbondo, Probolinggo, maupun Surabaya. Jurukunci Asta Juruhan, H. Fatah menyebutkan bahwa peziarah dari luar Madura banyak yang berasal dari daerah Tapal Kuda. Kemungki- nan ini karena daerah Tapal Kuda memang banyak orang Maduranya yang merantau atau tinggal menetap di sana. Jadi mereka seperti mem- punyai hubungan bathin dengan asal-usul atau kampung leluhurnya. 


Perlu diketahui, bahwa dulu bah­kan hingga saat ini, Sumenep de­ngan Situbondo dan sekitarnya bisa ditempuh melalui jalur laut sehingga memotong waktu yang lama jika di­tempuh dengan jalur darat lewat Su­rabaya. Hal seperti ini tentu saja bisa dilakukan jika cuaca sedang bersahabat sehingga tidak membahayakan pelayaran. Segala hajat sebenarnya bisa disampaikan di Makam Juruhan. Mulai urusan jodoh, ingin sembuh dari su- atu penyakit, atau urusan bisnis. Berhasil tidaknya suatu hajat seseorang, kata si jurukunci, semua tergantung dari niat orang yang punya hajat itu. Jika memang niatnya tulus dan iklas, katanya, tidak ada keinginan yang tidak terkabulkan. 

Namun, H. Fatah mengungkapkan bahwa semua doa dan permintaan hendaknya ditujukan kepada Allah SWT. Makam yang berada di tempat tersebut katanya hanya sebagai perantara saja. H. Fatah mengibaratkan bahwa seperti orang yang hendak bertemu dengan seorang pejabat tinggi, hendaknya ia melewati perantara. Sebab, tanpa perantara niscaya keinginan berte­mu itu tidak akan terkabulkan. Siapa sebenarnya jasad yang di- kuburkan di tempat itu, sehingga makamnya sangat dihormati banyak orang? H. Fatah menyebutkan bah­wa orang yang dimakamkan disitu adalah seorang waliullah yang masih mempunyai hubungan dengan salah seorang sunan yang ada di Kudus, Jawa Tengah. Nama waliullah itu adalah Raden Patah, namun tidak sama dengan Raden Patah yang pernah memimpin Kasultanan Demak Bintaro. Menurut H. Fatah, Asta Juruhan meski didatangi orang dari berbagai golongan dan tujuan, namun yang paling banyak adalah para usahawan yang mulai merintis bidang usahanya. Mereka datang ke Asta Juruhan untuk memberikan back up pada bisnis yang sedang dijalaninya. 

Seperti kebanyakan tempat ziarah lainnya, peziarah yang datang biasanya membawa bunga setaman. Setelah sampai di depan makam, peziarah biasa langsung berdoa sendiri atau dibantu-jurukunci untuk membacakan ayat-ayat tertentu dalam Alquran. Uniknya, selain itu ada semacam nadzar yang jika apa yang menjadi keinginannya terkabulkan akan membawa bantal guling untuk di tempatkan di makam itu. Jurukunci makam tidak tahu secara pasti kenapa banyak orang yang bernadzar seperti itu. Sejak dulu yang memang sudah seperti itu. “Mungkin karena mereka melihat bantal serta gulingnya ada di sekitar makam sejak sebelum-sebelumnya, lantas peziarah yang baru seperti menjadi makium jika itu dianggap sebagai syaratnya,” ungkap Jurukunci. Banyaknya bantal berserta gulingnya yang berada di tempat itu seolah menjadi pertanda bahwa me­mang banyak para peziarah yang berhasil setelah melakukan ziarah di Asta Juruhan. Dan, itu tidak hanya diiyakan jurukunci makam, tapi para peziarah yang baru pertama kalinya datang. Mereka rata-rata sudah mendengar keberhasilan seseorang atau orang-orang dekatnya setelah ziarah di Asta Juruhan. 

Keunikan lain Asta Juruhan ada­lah banyaknya tangor (pengikat hi­dung sapi) yang digantungkan di atasnya. Bahkan di depan makam, banyak pendagang yang menjualnya seperti sebagai persyaratan ziarah. “Tangor ini bukan sebagai per­syaratan, namun untuk dibawa pu­lang dan dipakaikan ke sapi ternak- nya setelah didoakan di tempat ini,” ucap salah penjual tangor yang ada di depan Asta Juruhan. Bahkan, sejak Sumenep banyak dilanda kasus sapi yang meninggal secara mendadak, Asta Juruhan menjadi jujukan para peternak. Konon, ini adalah salah satu upaya spi­ritual agar hewan ternak mereka se­lalu dalam keadaan sehat. Tentu saja usaha ini dilakukan setelah mere­ka melakukan tindakan pencegahan dengan menjaga kebersihkan kadang serta tidak memberikan makan sapi dengan rumput-rumput yang baru saja terkena pupuk kimia. “Sejak dulu sebenarnya para peternak yang ingin sapinya sehat dan berkembang biak dengan baik melakukan doa di tempat ini. 

Na­mun, sejak ramai-ramai adanya sapi yang meninggal dengan misterius di Kecamatan Dungkek, memang semakin banyak para peternak, khususnya dari Pulau Giliyang yang ke sini,” ucap jurukunci. Ritual yang dilakukan di Asta Ju­ruhan agar hewan ternak bebas penyakit adalah dengan menaruh tongar di dekat makam selama beberapa malam sembari menaburkan bunga dan mengucapkan niat dalam hati. Setelah itu tongar bisa lang­sung dibawa pulang, namun lebih afdolnya katanya ditinggal selama semalam di tempat itu dan baru diambil pada esok harinya. Konon, usaha ini tidak saja dilakukan para peternak sapi yang ada di Madura, tapi juga di wilayah Tapal Kuda, se­perti Situbondo.