Meraih Karir dan Jabatan dengan Air Sumur Mas di Banyumas

Banyumas merupakan surga wisata alam dan budaya di Jawa Tengah bagian Barat. Beragam pesona tersebar di sejumlah wilayah, terutama di tiga kecamatan yakni Baturaden, Wangon, dan Banyumas. Di antara tiga kecamatan tersebut, Baturaden dikenal sebagai salah satu tujuan wisata di Kabupaten Banyumas yang memang kaya keindahan panorama hutan di kaki Gunung Slamet.

Di Baturaden terdapat 2 obyek wisata, yakni lokawisata dan wanawisata. Sedangkan di Kecamatan Banyumas terdapat berbagai wisata religi dan budaya berupa Pesarean Dawuhan, Sumur atau Sendang Mas, Museum Wayang, Masjid Nur Sulaiman, dan Klenteng Boen Tek Bio. Pesarean Dawuhan merupakan kompleks pemakaman para mantan bupati Banyumas, salah satunya bupati pertama yakni Raden Joko Kahiman.

Dalem Kadipaten 
Dalem Kadipaten Banyumas (Pendopo Si Panji) diperkirakan mulai dibangun paska Perjanjian Giyanti tahun 1755, yaitu pada saat Bupati Banyumas, Raden Tumenggung Yudanegara III diangkat menjadi Patih Sultan Yogyakarta bergelar Danureja I. Dalem Kadipaten Banyumas memiliki ciri perpaduan antara Barat (Belanda) dan Timur (Jawa). Dari keseluruhan bangunan ini, bagian-bagian yang bercirikan budaya Jawa dapat dijumpai pada falsafah Jawa yang tertuang pada wujud fisik bangunan.Ajaran sinkretis yang mempengaruhi falsafah Jawa berimbas pada bangunan fisik mulai dari alun-alun, 4 pintu di keempat arah mata angin, bangunan pendopo, serta penataan ruang di Dalem Kadipaten, seperti adanya ruang-ruang yang ditengarai sebagai longkangan, dalem ageng, griya ageng, boga sasana, senthong kiwa, senthong tengen, bale peni, bale warni, pringgitan, dan tamansari. Adapun gaya khas Barat dapat dijumpai pada wujud fisik bangunan lantai, ornamen dan ragam desain interiornya.

Dalem Kadipaten ini berada di sebelah Selatan alun-alun Banyumas. Di sebelah Barat alun-alun terdapat Masjid Nur Sulaiman yang dibangun tahun 1755 dengan Kyai Nur Daiman sebagai arsitek sekaligus Penghulu pertama. Masjid tertua di Banyumas ini dibangun setelah pembangunan Pendopo Si Panji. Masjid  ini juga merupakan salah satu cagar budaya. Di dalam kompleks Kadipaten terdapat Museum Wayang. Musium ini mengoleksi berbagai jenis wayang yang ada di Indonesia, khususnya Jawa. Musium ini merupakan salah satu tujuan wisata budaya.

Sekitar 300 meter di belakang Pendopo terdapat Kelenteng Boen Tek Bio yang merupakan kelenteng tertua di Kabupaten Banyumas. Keberadaan kelenteng ini turut melengkapi pesona wisata religi di wilayah ini Adapun Sumur Mas yang menjadi objek penulisan kali ini terletak di bagian belakang Dalem Kadipaten, Desa Sudagaran, Kecamatan Banyumas atau sekira 20 kilometer dari Purwokerto, pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas. Dari nama Sumur Mas inilah asal-usul nama daerah Banyumas (air emas, bhs.Jawa).

Sumur Mas
Sejauh ini tidak diketahui secara pasti kapan dan bagaimana Sumur Mas itu dibuat. Tidak ada bukti otentik yang menyebutkannya. Berdasarkan tutur masyarakat, sumur itu dipercaya sudah ada sebelum berdirinya Kabupaten Banyumas. Uniknya, sumur ini hanya berdiameter beberapa sentimeter saja. Diameternya tak sebanding dengan diameter sumur pada umumnya.

“Sumur itu dibuat oleh orang-orang yang pertama kali menempati Banyumas. Mereka membabat hutan untuk dijadikan hunian. Mereka juga membuat sumur untuk keperluan sehari-hari,” kata Darsun (78 tahun), juru kunci Sumur Mas. “Sejak itulah tempat ini ramai dihuni orang. Mungkin pada masa itu air Sumur Mas hanya untuk keperluan biasa. Tidak ada yang mengeramatkan,” lanjutnya.

Menurut Darsun, istilah mas atau emas itu tidak diketahui pasti asal mulanya. Apakah karena airnya bersinar keemasan atau ada emas di dalam sumur itu. Bisa juga dulunya sumur itu merupakan sumur satu-satunya yang dimanfaatkan penduduk yang paling awal menempati Banyumas. Atau mungkin mereka yang memanfaatkan air sumur itu memperoleh kegemilangan hidup, karir dan jabatan tinggi dan lain-lain, yang kemudian disimbolkan dengan istilah emas (keemasan).

Lebih jauh dikatakan, diameter sumur yang hanya beberapa sentimeter ini menimbulkan pertanyaan bagaimana orang-orang di zaman dulu memanfaatkan air sumur ini. “Saya sering ditanya para peziarah seputar kecilnya diameter sumur ini. Jujur saja, saya tidak tahu jawabannya. Ada yang mengatakan sumur ini tadinya berukuran biasa. Lalu mengecil seperti ukuran yang sekarang ini,” kilahnya. “Untuk mengambil airnya saja sulit. Tetapi justru  banyak orang yang menginginkan airnya,” katanya lagi.

Raih Jabatan dan Karir 
Air Sumur Mas diyakini dapat memberikan berkah bagi para peziarah. Mereka datang dari penjuru tanah air, khususnya Jawa. Biasanya mereka datang pada hari Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon. Peziarah datang dengan berbagai hajatnya masing-masing. Ada yang berharap dapat jodoh, kesehatan, usahanya maju, cepat naik pangkat dan jabatan, dan lain-lain. Menurut Darsun, hajat yang paling menonjol dari peziarah yang mengambil air Sumur Mas adalah berharap mendapatkan berkah berupa kenaikan karir,  kedudukan atau jabatan. Umumnya mereka bekerja di pemerintahan, perusahaan dalam negeri atau swasta.

Dia memberi contoh, pegawai negeri yang ingin pangkat golongannya naik, karyawan perusahaan yang ingin jabatannya naik dan orang-orang yang ingin menjadi wakil rakyat (DPR dan DPRD) datang mengambil air Sumur Mas. Ada pula artis yang ingin terkenal datang meminum airnya. “Umumnya mereka memang hanya mengambil airnya saja, lalu pulang. Tetapi ada juga yang digunakan untuk mandi di sini,” katanya. “Tidak sedikit diantara mereka yang tirakat di dekat Sumur Mas sambil membawa ubo rampe,” lanjutnya. Selanjutnya dikatakan, mereka yang berhasil memeroleh keinginan biasanya datang lagi dan menceritakan keberhasilannya itu.

Kanjeng Eyang Panji Cokrobuwono
Darsun mengisahkan, sejak muda dirinya sudah mengetahui mengenai karomah air Sumur Mas. Meski begitu, dia tidak mengetahui secara persis apa yang menyebabkan sumur itu menjadi pilihan bagi orang-orang yang mengingkan karir dan jabatan.

“Saya baru percaya setelah mengalami peristiwa aneh,” kenangnya. Suatu malam Darsun tidur di teras belakang Dalem Kadipaten di dekat Sumur Mas. Antara sadar dan tidak, dirinya merasa ada yang mengguncang tubuhnya. Darsun pun bangun dan duduk sambil bersandar di tembok. Masih dalam keadaan mengantuk, dia melihat seberkas asap putih keluar dari dalam sumur. Sesaat kemudian, asap itu berubah wujudnya menjadi manusia.

Darsun menatap ke arah sosok pria berjubah putih dengan sorban dikepalanya yang berdiri persis dihadapannya. Pria bersorban itu memberikan bunga Wijayakusuma. sambil mengeluarkan kata-kata bernada nasehat kepada Darsun. Beberapa saat kemudian pria itu pun menghilang.

“Saya sempat heran dengan peristiwa yang saya alami. Saya seperti terkesima melihat penampilan sosok yang gagah itu. Apalagi kata-kata yang diucapkan sangat bijak persis seorang ulama atau kyai. Dia memerkenalkan dirinya bernama Kanjeng Eyang Panji Cokrobuwono,” kenang Darsun.

Setelah kesadarannya pulih, dia tersentak kaget. Secara refleksi matanya melihat telapak tangannya. Tetapi bunga Wijayakusuma yang diberikan tidak ada. Padahal posisi tangannya masih tegak seperti sedang memegang sesuatu. Ketika penulis menanyakan apa saja yang dikatakan sosok gaib Eyang Panji, Darsun menggelengkan kepala sambil mengatakan tidak ingat lagi perkataannya.

Sebagaimana diketahui, dalam bahasa Jawa, Wijayakusuma bermakna kemenangan atau  lambang kemenangan dan kejayaan. Bunga ini memiliki mitos yang panjang. Bagi raja-raja Mataram yang baru dinobatkan, tidak akan sah diakui sebagai raja, baik dunia nyata ataupun gaib, sebelum berhasil memetik dan mendapatkan bunga Wijayakusuma untuk dijadikan Pusaka Keraton.  Diyakini pula, siapapun yang bisa memiliki bunga wijayakusuma, kelak akan menurunkan raja-raja yang besar dan lama berkuasa di Tanah Jawa. Karena itu Wijayakusuma menjadi kembang raja-raja Jawa. Panglima Besar Jenderal Soedirman (sebelum masuk militer) memberi nama koperasi yang didirikannya Persatuan Koperasi Indonesia Wijayakusuma. Bunga Wijayakusuma juga menjadi salah satu lambang dari wilayah Banyumasan dan sekitarnya.

WANGSIT GAIB SANG BUPATI 
Benarkah air Sumur Mas dapat mendongkrak karir dan jabatan? Jawaban terhadap pertanyaan ini memang tidak mudah. Hal itu lebih disebabkan tipikal orang-orang yang pernah datang mengambil air Sumur Mas dikategorikan intelektual, bersikap modern dan cenderung tidak percaya hal-hal mistik.

Dalam kenyataannya, orang-orang tersebut datang meski secara diam-diam. Terkadang  malah ada yang datang malam hari agar tidak dikenali orang. Sebenarnya wajar saja jika mereka tidak ingin kedatangannya dikenali orang. Mereka itu orang-orang yang dalam kehidupan sosialnya bersikap rasional. Tentu harga dirinya akan runtuh jika dikemudian hari diketahui karir dan jabatannya naik hanya karena mengambil air Sumur Mas.

Darsun mengungkapkan dirinya sering mendapat telpon dari pejabat yang pernah datang. Selain uluk salam, mereka juga berterima kasih. Meski  ucapan itu sekadar basa basi belaka. Ada pula yang datang dan bersilaturahmi sambil mengatakan hajatnya berhasil. “Apakah Bapak menerima sesuatu (hadiah) dari orang-orang yang berhasil hajatnya itu?” Tanya penulis. “Sekadarnya saja. Saya itu tidak mengharapkan apapun dari mereka. Tugas saya hanya merawat dan melestarikan warisan leluhur,” Jawabnya dengan ringan.

Ketika penulis menanyakan apa saja hadiah yang diterimanya jika ada peziarah yang berhasil, dia sedikit bercerita bahwa ada politisi yang berhasil terpilih menjadi wakil rakyat, setelah mengambil air Sumur Mas. Setelah berhasil dalam pemilu lalu, politisi itu datang lagi dan mengucapkan terima kasih. Sebelum politisi itu pamit pulang, sempat merogoh dompetnya lalu mengeluarkan selembar uang 50.000 rupiah.Tentu saja penulis tertegun mendengar ceritanya. Darsun memang hidup dalam kesederhanaan. Padahal mereka yang datang adalah orang-orang yang memiliki ambisi-ambisi besar dalam hidupnya.

Tetapi sebuah keunikan yang belum lama terjadi adalah pro kontra seputar pembuatan sumur baru. Sebagaimana penulis saksikan sendiri, di dalam ruang Dalem Kadipaten terdapat sebuah sumur baru yang dibangun atas perintah Bupati Banyumas saat ini, Mardjoko. Konon beliau mendapat wangsit gaib dalam bentuk mimpi agar membangun sebuah sumur di dalam salah satu ruang Pendopo Kecamatan tersebut. Wangsit gaib tersebut oleh Bupati Mardjoko direalisasikan pembangunannya. Tentu saja sikap ini mendapat reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat, mengingat didekatnya ada sumur peninggalan leluhur yang dikeramatkan dan dijaga kelestariannya. Tidak diketahui secara pasti alasan persisnya Sang Bupati membuat sumur baru itu.

Sebagaimana tampak dalam gambar, letak sumur itu terasa janggal berada di dalam ruangan yang biasanya untuk rapat tersebut. Apalagi berjarak hanya sekira 10 meter dari Sumur Mas. Tentu saja air dalam sumur baru tersebut berada dalam reservoir yang sama dengan sumur mas. Meski tidak diketahui pasti manfaat sumur baru itu, namun keinginan Sang Bupati membuat sumur yang didasarkan atas sebuah wangsit gaib malah menimbulkan spekulasi Sang Bupati ini pernah memanfaatkan kekeramatan air Sumur Mas sebelum beliau menjabat bupati.

Boleh jadi, setelah keinginannya menjadi bupati tercapai, lalu beliau mendapat wangsit gaib agar membangun sumur baru. Sikap Sang Bupati ini semakin mengukuhkan mitos air Sumur Mas yang selama ini diyakini dapat memenuhi keinginan peziarah memeroleh jabatan prestisius.


 

SEO Stats powered by MyPagerank.Net

 Subscribe in a reader

Add to Google Reader or Homepage

Powered by FeedBurner

Waris Djati

↑ Grab this Headline Animator

My Ping in TotalPing.com Protected by Copyscape Online Copyright Protection Software DMCA.com Literature Blogs
Literature blog Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free! free web site traffic and promotion Submitdomainname.com Sonic Run: Internet Search Engine
eXTReMe Tracker
free search engine website submission top optimization