Bukan hanya di dunia manusia, di dunia gaib khodam keris juga ada aturan hirarki status dan kelas gaib keris, yang aturannya sama dengan status dan kelas wahyu dewa yang diturunkan kepada manusia, karena filosofi dasar diturunkannya wahyu gaib keris adalah untuk dipasangkan dengan wahyu dewa yang diturunkan kepada manusia, sehingga hirarki status dan kelas gaib keris dan wahyu dewa itu sejalan.
Sesuai status dan kelas gaib keris di dunia gaib perkerisan, maka urutan keris-keris yang menonjol dalam menunjukkan penyatuannya dengan manusia adalah sbb :
1. Keris-keris ber-luk 5, keris pulanggeni, nagasasra, singa barong dan keris-keris keningratan lain, yang dalam pembuatannya ditujukan untuk dimiliki oleh seorang raja atau orang-orang yang memiliki status keningratan karena status keluarga / keturunan seorang raja / bangsawan.
2. Keris-keris bertuah wibawa kekuasaan.
3. Keris-keris bertuah kewibawaan.
4. Keris-keris bertuah kesaktian.
5. Keris-keris bertuah kesepuhan.
6. Keris-keris bertuah kerejekian.
7. Keris-keris bertuah pengasihan.
Dalam pendampingannya kepada manusia pemiliknya, jika seseorang memiliki beberapa / sekelompok keris yang mempunyai fungsi tuah yang sama, misalnya ada beberapa keris yang sama-sama mempunyai tuah untuk kekuasaan dan wibawa, atau sama-sama mempunyai tuah untuk kerejekian, maka keris-keris yang sama tuahnya itu yang lebih tua akan mewakili keris-keris yang lebih muda umurnya.
Sesuai status dan kelas gaib keris di dunia gaib perkerisan itu, kemampuan para empu keris dalam membuat keris yang sesuai dengan masing-masing jenis dan kelas keris di atas pun terbagi-bagi sesuai kualitas masing-masing empu keris yang ditentukan berdasarkan kelas / tingkatan kualitas wahyu dewa yang sudah diterima oleh masing-masing empu keris, tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan pribadi manusia sang empu keris dalam membuat keris.
Sehubungan dengan tulisan di atas, mengenai bentuk penyatuan / pendampingan isi gaib keris dengan manusia pemiliknya, maka jika seseorang mempunyai beberapa buah keris, mungkin tidak semua gaib keris akan tampak mendampingi si manusia, mungkin hanya satu saja mewakili gaib keris yang lain, dan tidak semuanya menonjol dalam memberikan tuahnya kepada manusia, karena ada aturan hierarki status dan kelas gaib keris.
Secara umum pada masa sekarang, yang lebih menonjol menunjukkan penyatuannya dengan manusia adalah keris-keris yang berfungsi untuk penjagaan gaib, terutama didapatkan dari keris-keris untuk keningratan dan yang bertuah untuk kekuasaan dan/ atau wibawa. Karena itu jika seseorang memiliki beberapa buah keris yang fungsinya berbeda-beda dan ingin semua keris memberikan tuah secara bersama-sama dan terkoordinasi, maka harus ada upaya dari si manusia untuk menyatu dan mengsugesti keris-kerisnya.
Jika seseorang mempunyai beberapa buah keris, sebenarnya masing-masing keris itu dapat memberikan tuahnya secara terkoordinasi sesuai jenis tuahnya masing-masing. Namun dalam pelaksanaannya tergantung juga pada tingkat penyatuan masing-masing keris dengan manusia pemiliknya.
Secara alami tingkat penyatuan masing-masing keris dengan manusia pemiliknya itu selain tergantung pada tingkat penyatuan masing-masing pihak secara hati dan batin, juga tergantung pada kecocokan sifat fungsi keris dengan aktivitas keseharian pemiliknya, sehingga seorang pemilik keris yang kesehariannya bekerja sebagai seorang karyawan, mungkin hanya kerisnya yang berfungsi kerejekian-pengasihan saja yang menonjol tuahnya, bukan yang bertuah kekuasaan dan wibawa.
Sesuai status dan kelas gaib keris di dunia gaib perkerisan, maka urutan keris-keris yang menonjol dalam menunjukkan penyatuannya dengan manusia adalah sbb :
1. Keris-keris ber-luk 5, keris pulanggeni, nagasasra, singa barong dan keris-keris keningratan lain, yang dalam pembuatannya ditujukan untuk dimiliki oleh seorang raja atau orang-orang yang memiliki status keningratan karena status keluarga / keturunan seorang raja / bangsawan.
2. Keris-keris bertuah wibawa kekuasaan.
3. Keris-keris bertuah kewibawaan.
4. Keris-keris bertuah kesaktian.
5. Keris-keris bertuah kesepuhan.
6. Keris-keris bertuah kerejekian.
7. Keris-keris bertuah pengasihan.
Dalam pendampingannya kepada manusia pemiliknya, jika seseorang memiliki beberapa / sekelompok keris yang mempunyai fungsi tuah yang sama, misalnya ada beberapa keris yang sama-sama mempunyai tuah untuk kekuasaan dan wibawa, atau sama-sama mempunyai tuah untuk kerejekian, maka keris-keris yang sama tuahnya itu yang lebih tua akan mewakili keris-keris yang lebih muda umurnya.
Sesuai status dan kelas gaib keris di dunia gaib perkerisan itu, kemampuan para empu keris dalam membuat keris yang sesuai dengan masing-masing jenis dan kelas keris di atas pun terbagi-bagi sesuai kualitas masing-masing empu keris yang ditentukan berdasarkan kelas / tingkatan kualitas wahyu dewa yang sudah diterima oleh masing-masing empu keris, tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan pribadi manusia sang empu keris dalam membuat keris.
Sehubungan dengan tulisan di atas, mengenai bentuk penyatuan / pendampingan isi gaib keris dengan manusia pemiliknya, maka jika seseorang mempunyai beberapa buah keris, mungkin tidak semua gaib keris akan tampak mendampingi si manusia, mungkin hanya satu saja mewakili gaib keris yang lain, dan tidak semuanya menonjol dalam memberikan tuahnya kepada manusia, karena ada aturan hierarki status dan kelas gaib keris.
Secara umum pada masa sekarang, yang lebih menonjol menunjukkan penyatuannya dengan manusia adalah keris-keris yang berfungsi untuk penjagaan gaib, terutama didapatkan dari keris-keris untuk keningratan dan yang bertuah untuk kekuasaan dan/ atau wibawa. Karena itu jika seseorang memiliki beberapa buah keris yang fungsinya berbeda-beda dan ingin semua keris memberikan tuah secara bersama-sama dan terkoordinasi, maka harus ada upaya dari si manusia untuk menyatu dan mengsugesti keris-kerisnya.
Jika seseorang mempunyai beberapa buah keris, sebenarnya masing-masing keris itu dapat memberikan tuahnya secara terkoordinasi sesuai jenis tuahnya masing-masing. Namun dalam pelaksanaannya tergantung juga pada tingkat penyatuan masing-masing keris dengan manusia pemiliknya.
Secara alami tingkat penyatuan masing-masing keris dengan manusia pemiliknya itu selain tergantung pada tingkat penyatuan masing-masing pihak secara hati dan batin, juga tergantung pada kecocokan sifat fungsi keris dengan aktivitas keseharian pemiliknya, sehingga seorang pemilik keris yang kesehariannya bekerja sebagai seorang karyawan, mungkin hanya kerisnya yang berfungsi kerejekian-pengasihan saja yang menonjol tuahnya, bukan yang bertuah kekuasaan dan wibawa.