Nenek misterius itu menyebut dirinya sebegai Nini Growong. Jin kafir ini sangat buruk rupanya. Anehnya, dialah yang membantu menyembuhkan berbagai penyakit. Apa yang terjadi sebenarnya...? Agus adalah pemuda agak urakan. Karena kebiasaannya suka keluyuran dan minum-minuman beralkohol, membuat dia kurang disukai teman sekerjanya.
Namun, semua sikap yang tidak terpuhi itu akhirnya berubah setelah dia mengalami peristiwa yang menakjubkan dan menakutkan. Ya, peristiwa itu memang akan membuat semua orang berdiri bulu romanya. Kepada Penulis, Agus menceritakan pengalamannya.... Kejadiannya berlangsung di tahun 90-an silam. Tepatnya ditahun 1994. Saat itu Agus memanfaatkan waktu cutinya untuk main ke daerah Kubangputat, Kecamatan Tanjung., Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Di tempat itu dia mengunjungi temannya, Sucipto, seorang yang juga mengerti tentang hal-hal gaib.
"Sebenarnya aku kurang yakin dengan segala macam ilmu gaib, terutama ilmu untuk bisa melihat makhluk halus," kata Agus, ketika malam itu dia dan Sucipto berbincang-bincang mengenai hal gaib. Mendengar pendapat temannya ini Cipto hanya tersenyum. "Kalau memang ilmu gaib itu ada, aku ingin belajar tetapi yang benar-benar ada buktinya," tegas Agus lagi. "Tapi syaratnya sangat berat, Gus!" Ujar Cipto. Agus kelihatannya tidak peduli dengan segala syarat. Walau seberat apapun, dia bertekad akan melakukannya, yang penting dia benar-benar bisa membuktikan keberadaan dunia gaib.
Akhirnya Cipto memberikan amalan kepada Agus. Syarat yang harus dilakukannya disamping meninggalkan 5 M (mabuk, maling, madon, madat dan main), juga yang terberat adalah harus melaksanakan sholat lima waktu. "Kalau hanya itu syaratnya, baiklah aku akan menjalankannya dengan sungguh-sungguh!" Tandas Agus. Rupanya, Agus bisa menarik nafas lega sebab syarat yang dikatakan berat itu hanyalah meninggalkan 5 M dan melaksanakan Sholat 5 waktu. Sebelumnya dia mengira adalah seperti Puasa Pati Geni atau Puasa Pendem, atau yang sejenisnya.
Dengan tersenyum pula Cipto menerangkan bahwa melaksanakan syarat itu adalah sangat berat karena dari 90% penduduk Indonesia yang bisa melaksanakan itu tidak ada separuhnya, bahkan mungkin hanya seperempatnya saja yang bisa sempurna melaksanakannya. Maka sejak itu, atau sepulangnya Agus dari Brebes, dia jadi rajin sholat dan meninggalkan kebiasaannya minum-minuman. Tentu saja hal ini membuat teman-temannya menjadi heran. Apalagi melihat Agus yang tak lagi gemar keluyuran malam, malahan justeru jadi rajin duduk bersila di atas sajadah.
Keinginan Agus untuk membuktikan keberadaan dunia gaib memang sangat besar, hingga dia benar-benar tekun menjalankan amalan yang diberikan Cipto. Sebenarnnya, semenjak Agus sering sholat malam sudah terjadi kejadian-kejadian aneh atas dirinya, hanya Agus saja yang tidak menyadarinya. Padahal, di antara teman-teman Agus, banyak yang menyaksikan keanehan ini. Kejadian aneh itu di antaranya ketika salah seorang teman Agus penasaran kepada apa yang sedang dilakukan Agus di dalam kamarnya, karena tidak biasanya dia malam-malam berada di dalam kamar. Ketika teman Agus itu mengintipnya, tiba-tiba datang angin puyuh yang entah datang dari mana datangnya, melemparkan orang sedang mengitip ini, hingga terjengkal dan langsung lari tunggang langgang dari kamar Agus.
Hal yang sama juga terjadi ketika Agus mandi di kantornya. Saat temannya akan mandi karena ada Agus, maka temannya itu menunggu giliran. Saat menunggu giliran itulah teman Agus itu melihat dari pakaian Agus yang digantungkan tiba-tiba keluar ular. Tentu saja sang teman sangat terkejut. Tetapi sebelum hilang rasa terkejutnya, dari pakaian Agus lagi muncul sepotong kepala manusia hitam dan besar, sangat mengerikan. Tentu saja temannya ini langsung menjerit dan lari.
Kejadian ini tentu saja membuat geger di kantor tempat Agus bekerja. Sedangkan Agus yang mendengar teriakkan itu segera keluar dari kamar mandi dan terbengong-bengong karena ada jeritan seseorang di dekat tempatnya berada, tetapi dia tidak menemukan atau melihat apa-apa yang menakutkan. Sesuai dengan petunjuk Sucipto. Agus berhasil menyelesaikan puasanya selama tiga hari dengan amalan-amalannya yang lengkap. Semuanya dia laksanakan dengan benar. Tinggal sekarang Agus ingin mencoba membuktikan apakah amalannya berhasil atau tidak. Hal yang dilakukannya adalah dengan jalan membuka mata batinnya agar bisa melihat sesuatu yang gaib, yang selama ini memang benar-benar ingin dilihatnya.
Kebetulan saat itu di lokasi tempat Agus bekerja sedang geger karena keangkeran di salah satu sudut gudang perusahaan. Di tempat ini sering terjadi ada karyawan yang tiba-tiba jatuh dan kejang-kejang tanpa sebab. Setelah berhasil disembuhkan oleh orang pintar, orang yang mendadak kejang-kejang itu bercerita bahwa tadi saat kepingin kencing dan tidak tertahan lagi, sehingga dia kencing di sudut gudang itu. tetapi begitu selesai kencing tiba-tiba seperti ada yang menyergap dari belakang dan kemudian keadaan berubah jadi gelap. Dari kejadian yang sering kali berlangsung itu menggugah keinginan Agus untuk mencoba ilmunya, yaitu dengan cara mengajak bertemu makhluk halus penunggu gudang dimaksud.
Beberapa malam sudah dijalani Agus tetapi kelihatannya belum ada hasilnya. Ilmu yang diamalkannya dengan tekun sepertinya tidak menghasilkan apa-apa. Mungkin hanya lelah yang dia dapatkan. Diam-diam, dia merasa kesal juga pada temannya, Sucipto. Namun, saat dia memprotes, Sucipto menyarankan agar Agus terus berusaha membuktikan ilmunya. Ternyata benar. Setelah tujuh malam berturut-turut mengirim hadroh atau bacaan surat Al-Fatehah kepada penunggu gedung, akhirnya timbul suatu kejadian yang sangat aneh.
Saat itu ada salah seorang rekan sekerja Agus yang kembali terkena gangguan makhluk halus atau lebih dikenal dengan kesurupan. Badannya kaku seperti kayu, bahkan sukar sekali untuk digerakkan, sehingga hanya bisa berbaring saja. Sudah dilakukan segala macam upaya dari dokter-dokter perusahaan, bahkan orang-orang pintar sudah dimintai tolong. Tetapi tetap tidak bisa menyembuhkan penyakit itu. Sampai tiba-tiba si sakit mendapat mimpi bahwa yang dapat menyembuhkan penyakitnya adalah bukan siapa-siapa tetapi Agus, temannya sendiri. Agus diminta untuk mengobati si sakit. Mulanya hal ini membuat Agus heran, bahkan dia merasa seperti dipermainkan. Namun, Agus sempat berpikir, apa ini salah satu bukti dari amalan yang selama ini dikerjakannya, agar dirinya yakin akan apa yang selama ini diamalkannya? Setelah berpikir demikian maka Agus pun bersedia ikut ke rumah Herman, temannya yang dijangkiti penyakit aneh itu.
Namun, semua sikap yang tidak terpuhi itu akhirnya berubah setelah dia mengalami peristiwa yang menakjubkan dan menakutkan. Ya, peristiwa itu memang akan membuat semua orang berdiri bulu romanya. Kepada Penulis, Agus menceritakan pengalamannya.... Kejadiannya berlangsung di tahun 90-an silam. Tepatnya ditahun 1994. Saat itu Agus memanfaatkan waktu cutinya untuk main ke daerah Kubangputat, Kecamatan Tanjung., Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Di tempat itu dia mengunjungi temannya, Sucipto, seorang yang juga mengerti tentang hal-hal gaib.
"Sebenarnya aku kurang yakin dengan segala macam ilmu gaib, terutama ilmu untuk bisa melihat makhluk halus," kata Agus, ketika malam itu dia dan Sucipto berbincang-bincang mengenai hal gaib. Mendengar pendapat temannya ini Cipto hanya tersenyum. "Kalau memang ilmu gaib itu ada, aku ingin belajar tetapi yang benar-benar ada buktinya," tegas Agus lagi. "Tapi syaratnya sangat berat, Gus!" Ujar Cipto. Agus kelihatannya tidak peduli dengan segala syarat. Walau seberat apapun, dia bertekad akan melakukannya, yang penting dia benar-benar bisa membuktikan keberadaan dunia gaib.
Akhirnya Cipto memberikan amalan kepada Agus. Syarat yang harus dilakukannya disamping meninggalkan 5 M (mabuk, maling, madon, madat dan main), juga yang terberat adalah harus melaksanakan sholat lima waktu. "Kalau hanya itu syaratnya, baiklah aku akan menjalankannya dengan sungguh-sungguh!" Tandas Agus. Rupanya, Agus bisa menarik nafas lega sebab syarat yang dikatakan berat itu hanyalah meninggalkan 5 M dan melaksanakan Sholat 5 waktu. Sebelumnya dia mengira adalah seperti Puasa Pati Geni atau Puasa Pendem, atau yang sejenisnya.
Dengan tersenyum pula Cipto menerangkan bahwa melaksanakan syarat itu adalah sangat berat karena dari 90% penduduk Indonesia yang bisa melaksanakan itu tidak ada separuhnya, bahkan mungkin hanya seperempatnya saja yang bisa sempurna melaksanakannya. Maka sejak itu, atau sepulangnya Agus dari Brebes, dia jadi rajin sholat dan meninggalkan kebiasaannya minum-minuman. Tentu saja hal ini membuat teman-temannya menjadi heran. Apalagi melihat Agus yang tak lagi gemar keluyuran malam, malahan justeru jadi rajin duduk bersila di atas sajadah.
Keinginan Agus untuk membuktikan keberadaan dunia gaib memang sangat besar, hingga dia benar-benar tekun menjalankan amalan yang diberikan Cipto. Sebenarnnya, semenjak Agus sering sholat malam sudah terjadi kejadian-kejadian aneh atas dirinya, hanya Agus saja yang tidak menyadarinya. Padahal, di antara teman-teman Agus, banyak yang menyaksikan keanehan ini. Kejadian aneh itu di antaranya ketika salah seorang teman Agus penasaran kepada apa yang sedang dilakukan Agus di dalam kamarnya, karena tidak biasanya dia malam-malam berada di dalam kamar. Ketika teman Agus itu mengintipnya, tiba-tiba datang angin puyuh yang entah datang dari mana datangnya, melemparkan orang sedang mengitip ini, hingga terjengkal dan langsung lari tunggang langgang dari kamar Agus.
Hal yang sama juga terjadi ketika Agus mandi di kantornya. Saat temannya akan mandi karena ada Agus, maka temannya itu menunggu giliran. Saat menunggu giliran itulah teman Agus itu melihat dari pakaian Agus yang digantungkan tiba-tiba keluar ular. Tentu saja sang teman sangat terkejut. Tetapi sebelum hilang rasa terkejutnya, dari pakaian Agus lagi muncul sepotong kepala manusia hitam dan besar, sangat mengerikan. Tentu saja temannya ini langsung menjerit dan lari.
Kejadian ini tentu saja membuat geger di kantor tempat Agus bekerja. Sedangkan Agus yang mendengar teriakkan itu segera keluar dari kamar mandi dan terbengong-bengong karena ada jeritan seseorang di dekat tempatnya berada, tetapi dia tidak menemukan atau melihat apa-apa yang menakutkan. Sesuai dengan petunjuk Sucipto. Agus berhasil menyelesaikan puasanya selama tiga hari dengan amalan-amalannya yang lengkap. Semuanya dia laksanakan dengan benar. Tinggal sekarang Agus ingin mencoba membuktikan apakah amalannya berhasil atau tidak. Hal yang dilakukannya adalah dengan jalan membuka mata batinnya agar bisa melihat sesuatu yang gaib, yang selama ini memang benar-benar ingin dilihatnya.
Kebetulan saat itu di lokasi tempat Agus bekerja sedang geger karena keangkeran di salah satu sudut gudang perusahaan. Di tempat ini sering terjadi ada karyawan yang tiba-tiba jatuh dan kejang-kejang tanpa sebab. Setelah berhasil disembuhkan oleh orang pintar, orang yang mendadak kejang-kejang itu bercerita bahwa tadi saat kepingin kencing dan tidak tertahan lagi, sehingga dia kencing di sudut gudang itu. tetapi begitu selesai kencing tiba-tiba seperti ada yang menyergap dari belakang dan kemudian keadaan berubah jadi gelap. Dari kejadian yang sering kali berlangsung itu menggugah keinginan Agus untuk mencoba ilmunya, yaitu dengan cara mengajak bertemu makhluk halus penunggu gudang dimaksud.
Beberapa malam sudah dijalani Agus tetapi kelihatannya belum ada hasilnya. Ilmu yang diamalkannya dengan tekun sepertinya tidak menghasilkan apa-apa. Mungkin hanya lelah yang dia dapatkan. Diam-diam, dia merasa kesal juga pada temannya, Sucipto. Namun, saat dia memprotes, Sucipto menyarankan agar Agus terus berusaha membuktikan ilmunya. Ternyata benar. Setelah tujuh malam berturut-turut mengirim hadroh atau bacaan surat Al-Fatehah kepada penunggu gedung, akhirnya timbul suatu kejadian yang sangat aneh.
Saat itu ada salah seorang rekan sekerja Agus yang kembali terkena gangguan makhluk halus atau lebih dikenal dengan kesurupan. Badannya kaku seperti kayu, bahkan sukar sekali untuk digerakkan, sehingga hanya bisa berbaring saja. Sudah dilakukan segala macam upaya dari dokter-dokter perusahaan, bahkan orang-orang pintar sudah dimintai tolong. Tetapi tetap tidak bisa menyembuhkan penyakit itu. Sampai tiba-tiba si sakit mendapat mimpi bahwa yang dapat menyembuhkan penyakitnya adalah bukan siapa-siapa tetapi Agus, temannya sendiri. Agus diminta untuk mengobati si sakit. Mulanya hal ini membuat Agus heran, bahkan dia merasa seperti dipermainkan. Namun, Agus sempat berpikir, apa ini salah satu bukti dari amalan yang selama ini dikerjakannya, agar dirinya yakin akan apa yang selama ini diamalkannya? Setelah berpikir demikian maka Agus pun bersedia ikut ke rumah Herman, temannya yang dijangkiti penyakit aneh itu.
Ketika Agus sampai di depan rumah Herman, dia sekilas melihat seorang nenek-nenek dengan bentuk aneh dan agak samar-samar. Si nenek kemudian tersenyum kepada Agus, dan sekejap kemudian melesat pergi. "Eh, tadi kamu melihat nenek-nenek di depan pintu itu, nggak?" Agus mencoba bertanya kepada temannya, mengenai apa yang baru dilihatnya. "Tidak, aku tidak lihat apa-apa!" Jawab sang teman dengan dahi berkerut. Mendengar jawaban ini, Agus berpikir bahwa apa yang dilihatnya barusan mungkin hanya halusinasinya belaka. Dengan mengucapkan salam, dia akhirnya menemui Herman.Saat itu, Herman masih terlentang kaku. Hanya matanya yang bisa melirik Agus.
"Jangan khawatir, kamu pasti sembuh, Man!" Agus mencoba memberi semangat. Hal ini dijawab Herman hanya dengan kejapan mata dan senyum yang pahit. Setelah memeriksa kondisi Herman, dengan menuruti instink semata kemudian Agus menekan jempol kaki kanan Herman, lalu membaca amalan yang selama ini diwiridzkannya. Lalu ditiupkannya ke ubun-ubun Herman. Setelah itu Agus minta segelas air. Seperti lagak seorang dukun yang berpengalaman, padahal Agus juga heran sebab sepertinya dia sudah biasa melakukan pengobatan, Agus berniat menyembuhkan herman dengan air putih ini. Namun, belum sampai Agus memberikan doa atas segelas air putih yang dimintanya, tiba-tiba hadirin dikejutkan oleh suara Herman yang tiba-tiba bangkit dari tempat tidurnya.
"Eh, ada Agus. Sudah lama datang, Gus?" Mendengar suara itu tentu saja yang hadir di situ menjadi terpukau. Ya, bagaimana tidak! Herman yang sebelumnya tidak bisa menggerakkan anggota badannya itu tiba-tiba bisa bangkit dan berbicara seolah-olah tidak pernah mengalami sakit sebelumnya. Sejak peristiwa itu, daerah tempat tinggal Agus gempar dengan munculnya dukun tiban, atau orang pintar baru. Banyak orang datang ke rumah Agus dengan maksud untuk meminta tolong, mulai dari orang-orang sekitarnya sampai mereka yang berasal dari luar kota.
Apa yang sebenarnya terjadi pada diri Agus? Sebenarnya, saat melakukan penyembuhan Agus mengalami kejadian aneh. Setiap dia mengobati serasa dia melihat kembali nenek-nenek misterius yang pertama kali dilihatnya di teras rumah Herman, yang kemudian menghilang. Celakanya, semakin banyak Agus menolong orang, dan semakin hari pula, penampakan nenek-nenek ini semakin jelas saja, bahkan berubah sangat mengerikan dan menakutkan bagi Agus. Herannya, hanya Agus saja yang bisa melihat wujudnya. Hingga pada suatu hari Agus benar-benar dengan jelas bisa melihat wujudnya. Makhluk misterius itu benar seorang nenek berumur sekitar 70 tahun, dengan pakaian hanya kain melilit pada bawah pusar hingga ke bawah selangkangan. Sedangkan bagian pusar ke atas tanpa tertutup sehelai benang pun, hingga payudaranya yang panjangnya tidak lumrah itu dibiarkan terbuka. Dan lebih mengerikan lsgi, nenek itu penuh dengan belang-belang hitam hampir di seluruh tubuhnya, sehingga bagaikan seekor harimau.
Penampakan si nenek belakangan hari juga tidak hanya sekilas, dan tidak hanya berlangsung di Agus mengobati pasiennya. Tetapi semakin sering. Bahkan nenek itu selalu mengikuti Agus kemanapun dia pergi. Baik di jalan, di kantor, bahkan di kamar mandi. Tak perduli siang atau malam. Anehnya, hanya bila Agus masuk ke kamarnya saja nenek itu tidak ikut masuk, tetapi hanya mondar-mondir di depan pintu. Kejadian ini tentu saja membuat Agus ketakutan setengah mati. Apalagi bila malam hari, saat Agus kepingin ke kamar mandi untuk sekedar buang hajat kecil, maka jelas dia tidak berani karena nenek itu tetap menunggunya di depan pintu kamar. Pernah dengan nekat Agus bertanya kepada si nenek yang misterius itu, sebenarnya siapa dia dan apa maksudnya mengikuti dirinya terus? Jawaban si nenek membuat badan Agus lemas seperti tak bertenaga.
Jawaban mengerikan yang didahului dengan suara tawa si nenek itu memang membuat Agus tak hanya ketakutan, tapi sekaligus juga terperangah heran. Si nenek mengaku bahwa dirinya adalah makhluk penunggu gudang di pabrik tempat agus bekerja, yang tempo hari berulang kali dipanggil olleh Agus lewat ritualnya. Si nenek mengaku bernama Nini Growong. Dia mengikut Agus terus, karena Agus sendiri yang memulainya, yakni dengan mengirimkan bacaan Fatehah. Jangankan bangsa jin, para malaikat pun akan merasa senang sekali bila kita sering mengiriminya hadiah Fatehah. Tentu saja Agus yang setiap hari selama tujuh malam mengirimkan bacaan fatehah kepada penunggu gudang yang ternyata bernama Nini Growong itu, merasa senang kepada Agus hingga saking senangnya sampai selalu mendampingi Agus. Bahkan di manapun dia berada. Tidak hanya itu, bahkan Nini Growong memberikan amalan kepada Agus yang mana amalan tersebut jika diamalkan akan mendatangkan rejeki yang melimpah. Anehnya, amalan itupun bacaannya diambil dari ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Tetapi bagaimanapun Agus adalah masih manusia biasa yang masih mengenal rasa takut. Apalagi kepada bangsa halus semacam Nini Growong, yang rupanya sungguh buruk tercela. Meskipun dia selalu berbuat baik, namun Agus bertekad untuk mengakhiri hubungannya dengan makhluk tersebut. Maka dengan tekad yang bulat, Agus minta cuti untuk pergi ke Brebes guna kembali menemui Cipto. Anehnya, ketika Agus pergi ke tempat Cipto pun Nini Growong masih tetap mengikutinya. Hanya setelah Agus sampai di perbatasan Cirebon-Brebes, tiba-tiba Nini Growong raib. Entah mengapa? Aguspun tidak tahu.
Sesampai di rumah Cipto, Agus langsung menceritakan pengalamannya seraya mohon agar kejadian yang dialaminya bisa segera dihentikan. Mendengar cerita Agus, Cipto hanya tersenyum. "Kamu ini lucu, beberapa waktu yang lalu kamu ingin membuktikan bahwa dunia gaib itu tidak ada. Tapi sekarang setelah kamu sudah membuktikan malah ingin dihentikan. Apa tidak nyesel? Karena banyak lho orang yang ingin seperti kamu tapi belum bisa berhasil. Nah, kamu termasuk orang yang beruntung!" Meski Cipto mengatakan demikian, namun Agus tidak peduli. Dia tetap ingin agar kemampuannya melihat wujud yang gaib ditutup, tetapi kalau masalah kemampuannya menyembuhkan orang kalau bisa tetap bisa dimilikinya.
Sebelum mengabulkan permintaan Agus, Cipto menceritakan kejadian yang sebenarnya dari peristiwa yang dialami Agus. Menurutnya, setelah menerima kiriman Fatehah dari Agus, Nini Growong menjadi suka kepada Agus hingga sebagai balasannya Nini Growong selalu mendampingi Agus untuk membantu segala kesulitan Agus, terutama saat menangani pasiennya. Nini Growong-lah yang menjadikan Agus sebagai Dukun Tiban. Namun sebenarnya penyakit yang diderita oleh para pasien Agus adalah Nini Growong sendiri yang membuatnya, dan dia juga yang menyembuhkan lewat tangan Agus. Ya, namanya juga bangsa Jin ingin membalas budi tetapi caranya tetap merugikan manusia juga. Dengan demikian, bukan Agus yang bisa menyembuhkan pasiennya tetapi ulah Nini Growong.
Dari peristiwa setidaknya bisa kita gali pelajaran, bahwa jika kita sering-sering mengirimkan hadiah Fatehah kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, para sahabat, para malaikat dan juga para waliullah, terutama lagi kepada orang tua kita, maka tentunya kita akan mendapatkan kebaikan yang berlipat ganda. Bayangkan, bangsa jin kafir saja karena dikirimi hadiah Fatehah ingin membalasnya, mala apalagi para kekasih Allah yang tentunya lebih tahu membalas budi dan melalui jalan yang di ridhoi Allah. Sementara itu, masalah amalan yang berasal dari Nini Growong itu walaupun sepertinya berasal dari ayat-ayatn Al Qur’an, menurut Cipto tetap jangan dilaksanakan karena bisa menyimpang dari akidah. Kita harus selalu waspada akan tipu daya setan dan sekutunya.
Akhirnya, karena memang secara mental Agus belum siap menerima kelebihan yang diberikan oleh Allah, maka kemampuan Agus akan ilmu pengobatan itupun hilang. Yang terpenting, kini Agus tidak lagi melihat sosok Nini Growong yang menakutkan. Dan sejak saat itu pula Agus memulai kehidupan normalnya tanpa kembali melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat. Dan kewajibannya akan menjalankan sholat lima waktupun tidak reda. Semoga kisah ini bisa membuka wawasan kita bahwa alam gaib itu ada dan janganlah kita main-main dengannya karena bisa mengakibatkan hal-hal yang buruk bila kita kurang hati-hati. Semoga Allah selalu menyertai langkah-langkah kita, Amien.
Adapun nama-nama pelaku dalam kisah ini sengaja disamarkan untuk menghormati privacy yang bersangkutan.
"Jangan khawatir, kamu pasti sembuh, Man!" Agus mencoba memberi semangat. Hal ini dijawab Herman hanya dengan kejapan mata dan senyum yang pahit. Setelah memeriksa kondisi Herman, dengan menuruti instink semata kemudian Agus menekan jempol kaki kanan Herman, lalu membaca amalan yang selama ini diwiridzkannya. Lalu ditiupkannya ke ubun-ubun Herman. Setelah itu Agus minta segelas air. Seperti lagak seorang dukun yang berpengalaman, padahal Agus juga heran sebab sepertinya dia sudah biasa melakukan pengobatan, Agus berniat menyembuhkan herman dengan air putih ini. Namun, belum sampai Agus memberikan doa atas segelas air putih yang dimintanya, tiba-tiba hadirin dikejutkan oleh suara Herman yang tiba-tiba bangkit dari tempat tidurnya.
"Eh, ada Agus. Sudah lama datang, Gus?" Mendengar suara itu tentu saja yang hadir di situ menjadi terpukau. Ya, bagaimana tidak! Herman yang sebelumnya tidak bisa menggerakkan anggota badannya itu tiba-tiba bisa bangkit dan berbicara seolah-olah tidak pernah mengalami sakit sebelumnya. Sejak peristiwa itu, daerah tempat tinggal Agus gempar dengan munculnya dukun tiban, atau orang pintar baru. Banyak orang datang ke rumah Agus dengan maksud untuk meminta tolong, mulai dari orang-orang sekitarnya sampai mereka yang berasal dari luar kota.
Apa yang sebenarnya terjadi pada diri Agus? Sebenarnya, saat melakukan penyembuhan Agus mengalami kejadian aneh. Setiap dia mengobati serasa dia melihat kembali nenek-nenek misterius yang pertama kali dilihatnya di teras rumah Herman, yang kemudian menghilang. Celakanya, semakin banyak Agus menolong orang, dan semakin hari pula, penampakan nenek-nenek ini semakin jelas saja, bahkan berubah sangat mengerikan dan menakutkan bagi Agus. Herannya, hanya Agus saja yang bisa melihat wujudnya. Hingga pada suatu hari Agus benar-benar dengan jelas bisa melihat wujudnya. Makhluk misterius itu benar seorang nenek berumur sekitar 70 tahun, dengan pakaian hanya kain melilit pada bawah pusar hingga ke bawah selangkangan. Sedangkan bagian pusar ke atas tanpa tertutup sehelai benang pun, hingga payudaranya yang panjangnya tidak lumrah itu dibiarkan terbuka. Dan lebih mengerikan lsgi, nenek itu penuh dengan belang-belang hitam hampir di seluruh tubuhnya, sehingga bagaikan seekor harimau.
Penampakan si nenek belakangan hari juga tidak hanya sekilas, dan tidak hanya berlangsung di Agus mengobati pasiennya. Tetapi semakin sering. Bahkan nenek itu selalu mengikuti Agus kemanapun dia pergi. Baik di jalan, di kantor, bahkan di kamar mandi. Tak perduli siang atau malam. Anehnya, hanya bila Agus masuk ke kamarnya saja nenek itu tidak ikut masuk, tetapi hanya mondar-mondir di depan pintu. Kejadian ini tentu saja membuat Agus ketakutan setengah mati. Apalagi bila malam hari, saat Agus kepingin ke kamar mandi untuk sekedar buang hajat kecil, maka jelas dia tidak berani karena nenek itu tetap menunggunya di depan pintu kamar. Pernah dengan nekat Agus bertanya kepada si nenek yang misterius itu, sebenarnya siapa dia dan apa maksudnya mengikuti dirinya terus? Jawaban si nenek membuat badan Agus lemas seperti tak bertenaga.
Jawaban mengerikan yang didahului dengan suara tawa si nenek itu memang membuat Agus tak hanya ketakutan, tapi sekaligus juga terperangah heran. Si nenek mengaku bahwa dirinya adalah makhluk penunggu gudang di pabrik tempat agus bekerja, yang tempo hari berulang kali dipanggil olleh Agus lewat ritualnya. Si nenek mengaku bernama Nini Growong. Dia mengikut Agus terus, karena Agus sendiri yang memulainya, yakni dengan mengirimkan bacaan Fatehah. Jangankan bangsa jin, para malaikat pun akan merasa senang sekali bila kita sering mengiriminya hadiah Fatehah. Tentu saja Agus yang setiap hari selama tujuh malam mengirimkan bacaan fatehah kepada penunggu gudang yang ternyata bernama Nini Growong itu, merasa senang kepada Agus hingga saking senangnya sampai selalu mendampingi Agus. Bahkan di manapun dia berada. Tidak hanya itu, bahkan Nini Growong memberikan amalan kepada Agus yang mana amalan tersebut jika diamalkan akan mendatangkan rejeki yang melimpah. Anehnya, amalan itupun bacaannya diambil dari ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Tetapi bagaimanapun Agus adalah masih manusia biasa yang masih mengenal rasa takut. Apalagi kepada bangsa halus semacam Nini Growong, yang rupanya sungguh buruk tercela. Meskipun dia selalu berbuat baik, namun Agus bertekad untuk mengakhiri hubungannya dengan makhluk tersebut. Maka dengan tekad yang bulat, Agus minta cuti untuk pergi ke Brebes guna kembali menemui Cipto. Anehnya, ketika Agus pergi ke tempat Cipto pun Nini Growong masih tetap mengikutinya. Hanya setelah Agus sampai di perbatasan Cirebon-Brebes, tiba-tiba Nini Growong raib. Entah mengapa? Aguspun tidak tahu.
Sesampai di rumah Cipto, Agus langsung menceritakan pengalamannya seraya mohon agar kejadian yang dialaminya bisa segera dihentikan. Mendengar cerita Agus, Cipto hanya tersenyum. "Kamu ini lucu, beberapa waktu yang lalu kamu ingin membuktikan bahwa dunia gaib itu tidak ada. Tapi sekarang setelah kamu sudah membuktikan malah ingin dihentikan. Apa tidak nyesel? Karena banyak lho orang yang ingin seperti kamu tapi belum bisa berhasil. Nah, kamu termasuk orang yang beruntung!" Meski Cipto mengatakan demikian, namun Agus tidak peduli. Dia tetap ingin agar kemampuannya melihat wujud yang gaib ditutup, tetapi kalau masalah kemampuannya menyembuhkan orang kalau bisa tetap bisa dimilikinya.
Sebelum mengabulkan permintaan Agus, Cipto menceritakan kejadian yang sebenarnya dari peristiwa yang dialami Agus. Menurutnya, setelah menerima kiriman Fatehah dari Agus, Nini Growong menjadi suka kepada Agus hingga sebagai balasannya Nini Growong selalu mendampingi Agus untuk membantu segala kesulitan Agus, terutama saat menangani pasiennya. Nini Growong-lah yang menjadikan Agus sebagai Dukun Tiban. Namun sebenarnya penyakit yang diderita oleh para pasien Agus adalah Nini Growong sendiri yang membuatnya, dan dia juga yang menyembuhkan lewat tangan Agus. Ya, namanya juga bangsa Jin ingin membalas budi tetapi caranya tetap merugikan manusia juga. Dengan demikian, bukan Agus yang bisa menyembuhkan pasiennya tetapi ulah Nini Growong.
Dari peristiwa setidaknya bisa kita gali pelajaran, bahwa jika kita sering-sering mengirimkan hadiah Fatehah kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, para sahabat, para malaikat dan juga para waliullah, terutama lagi kepada orang tua kita, maka tentunya kita akan mendapatkan kebaikan yang berlipat ganda. Bayangkan, bangsa jin kafir saja karena dikirimi hadiah Fatehah ingin membalasnya, mala apalagi para kekasih Allah yang tentunya lebih tahu membalas budi dan melalui jalan yang di ridhoi Allah. Sementara itu, masalah amalan yang berasal dari Nini Growong itu walaupun sepertinya berasal dari ayat-ayatn Al Qur’an, menurut Cipto tetap jangan dilaksanakan karena bisa menyimpang dari akidah. Kita harus selalu waspada akan tipu daya setan dan sekutunya.
Akhirnya, karena memang secara mental Agus belum siap menerima kelebihan yang diberikan oleh Allah, maka kemampuan Agus akan ilmu pengobatan itupun hilang. Yang terpenting, kini Agus tidak lagi melihat sosok Nini Growong yang menakutkan. Dan sejak saat itu pula Agus memulai kehidupan normalnya tanpa kembali melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat. Dan kewajibannya akan menjalankan sholat lima waktupun tidak reda. Semoga kisah ini bisa membuka wawasan kita bahwa alam gaib itu ada dan janganlah kita main-main dengannya karena bisa mengakibatkan hal-hal yang buruk bila kita kurang hati-hati. Semoga Allah selalu menyertai langkah-langkah kita, Amien.
Adapun nama-nama pelaku dalam kisah ini sengaja disamarkan untuk menghormati privacy yang bersangkutan.