Makam-makam kuna di Wonosobo memiliki daya tarik tinggi. Terbukti setiap hari, nyaris tak henti para peziarah datang. Mereka memiliki keyakinan, berdoa di makam para tokoh ini keinginan cepat terkabul. Salah satunya di makam Kyai Nurizal di Dusun Lempong Desa Kalierang Kecamatan Selomerto.
Tak sedikit peziarah yang datang dengan berbagai permintaan. Banyak pula yang terkabul saat berdoa di makam tersebut. Dusun Lempong Desa Kalierang tak begitu jauh dari Kota Wonosobo, sekitar 7 kilometer. Menuju makam dari Dusun Lempong harus melalui jalan setapak sekitar 500 meter.
Kyai Nurizal atau warga setempat menyebutkan Mbah Nurizal konon merupakan teman seperjuangan Tumenggung Jogonegoro dalam melawan penjajah. Dugaan cukup masuk akal. Antara makam Jogonegoro dan Mbah Nurizal lokasinya tak begitu jauh. Sama-sama berada di wilayah Kecamatan Selomerto.
‘Tumenggung Jogonegoro merupakan tokoh pemerintahan, sedangkan Mbah Nurizal alim ulama. Keduanya bahu-membahu dalam memajukan pemerintahan waktu itu,”papar Muhammad Muslim, tokoh masyarakat sekaligus juru kunci makam.
Mbah Nurizal, diketahui sebagai prajurit Keraton Jogjakarta yang tangguh. Saat berjuang, bersama Tumenggung Jogonegoro yang nama kecilnya Raden Ontokoesoemo dikejar-kejar oleh Belanda. Akhirnya sampai di Dusun Lempong menjadi tokoh penyebar agama Islam pertama kali. Sekaligus pendiri Dusun Lempong. Anak keturunannya juga menjadi ulama yang disegani.
“Mbah Nurizal dijuluki Karto Siluman, karena pintar mengecoh musuhnya. Kalau diburu hilang, lalu muncul lagi di tempat berbeda. Seperti siluman, sehingga musuhnya kuwalahan,”katanya.
Sayangnya tidak ada catatan pasti sekitar tahun berapa, Kyai Nurizal berada di Dusun Lempong. Tidak terdaftar pula silsilah keluarganya. Apakah masih ada keturunan dari bangsawan keraton Jogja atau tidak. Muhammad Muslim pun mengaku tidak mengetahui secara pasti, meskipun ia termasuk keturunannya. Menurut dia, Mbah Nurizal memiliki anak Kyai Ali Muhammad, menurunkan anak Ali Ibrahim. Kemudian berturut-turut Ali Mustar, Ali Rahmat, Muhammad Tarmudzi dan Muhammad Muslim sendiri.
Sebagai pendiri dusun, Kyai Nurizal mempunyai pengaruh ketokohan yang kuat. Tak heran, bila sekarang makamnya kerap diziarahi banyak orang. Mereka berasal dari berbagai kota. Seperti Magelang, Purworejo, Temanggung dan Parakan.
Dusun Lempong dapat dicapai dengan mudah dengan akses jalan cukup bagus, beraspal. Yang menjadi kendala adalah jalan menuju makam Kyai Nurizal. Makam ini terletak di atas Sungai Serayu, di pinggir saluran irigasi besar. Tidak bercampur dengan makam warga setempat.
Namun berada dalam satu kompleks pemakaman keluarga. Terdiri dari sejumlah makam kuna yang tidak diketahui satu per satu siapa saja yang disemayamkan di situ. Makam Mbah Nurizal sendiri dibangun kijing baru. Dikatakan Muslim, pembangunan kijing belum lama.
“Inisiatif dari salah seorang peziarah. Karena doanya terkabul, ia bermaksud membangun makam. Saya sendiri sebagai anak keturunannya tidak berani karena biasanya, tokoh-tokoh semacam itu makamnya tak mau dibangun. Tapi karena ini permintaan peziarah, saya tidak kuasa menolak,”tuturnya.
Seperti halnya makam-makam yang lain, terdapat pohon besar yang menaungi peristirahatan terakhir. Sebuah pohon gintung besar tumbuh di pinggir makam. Tepat di bawahnya, terdapat makam Kyai Ali Rahmat. Getah pohon gintung kata Muslim, berkasiat sebagai perekat atau lem. Bila ada kitab-kitab kuna atau Alquran lepas, dilem dengan getah gintung melekat kuat.
Pemandangan alami disuguhkan di depan makam. Di bawahnya Sungai Serayu yang berair deras, pinggirnya pohon-pohon kelapa melambai. Terhampar tanaman padi menghijau terasering. Berada di makam terasa sangat sejuk. Lelah perjalanan, sirna dihembus semilir angin.
Banyak Godaan, Keinginan Terkabul
Para peziarah yang datang ke makam Mbah Nurizal memiliki keinginan bermacam-macam. Naik jabatan, pangkat maupun usahanya lancar. Ditegaskan Muhammad Muslim, para peziarah dilarang menyembah makam atau meminta pada Mbah Nurizal.
“Berdoa tetap pada Allah SWT tidak boleh meminta apapun pada Mbah Nurizal. Makam itu hanya sebagai wasilah,”tegasnya.
Banyak peziarah yang mengaku mendapatkan firasat setelah beberapa kali berdoa di makam. Disebutkan bapak beranak 9 itu, ada seorang kyai terkenal yang sebelumnya tidak bisa berdakwah. Selama 3 hari berturut-turut berdoa di makam. Esoknya menemukan sarang burung berisi telur-telur. Anehnya, sarang itu berada di ranting pohon yang sangat rendah. Sungguh tidak masuk akal. Sarang tersebut tidak diambilnya. Paginya, ketika dia kembali ke makam, telur-telur itu telah menetas, ternyata burung kutilang.
“Hari terakhir datang ke makam, sarang burung telah lenyap. Itu sebuah pertanda, bahwa orang itu akan menjadi seorang mubalik. Orang yang banyak omong, suka memberi ceramah. Seperti burung kutilang yang suka ngoceh. Sampai sekarang dia menjadi mubalik yang terkenal,”jelasnya.
Pada malam Jumat biasanya banyak peziarah datang. Menjelang pilihan kepala desa ini, makam kerap didatangi. Bahkan calon-calon bupati Wonosobo dulu pernah juga berziarah.
Semakin banyak godaan, kata Muslim, keinginan bakal cepat terkabul. Tidak sedikit yang mengalami berbagai peristiwa selama berziarah. Seperti melihat harimau, suara anjing melolong. Kadang-kadang peziarah mendengar bisikan lirih di kupingnya.
“Kalau mulai digoda hal-hal gaib seperti itu, pertanda bakal cepat tercapai cita-citanya. Tapi kalau hanya biasa-biasa saja, tidak ada yang aneh, harus sabar. Firasat itu kadang lewat mimpi,”ceritanya.
Bahkan, tambahnya, sekitar tahun 1970-an, tidak ada gempa, tak ada angin, para peziarah merasakan makam bergoyang hebat. Tapi tidak menimbulkan korban. Karena itu hanya perasaan masing-masing peziarah. Malam hari, suasana di makam lebih sunyi, dan tintrim. Justru itulah saat yang tepat berdoa khusuk pada Tuhan.