Komplek makam Raden Arya Wiralodra terdapat di Blok Karangbaru,
Desa Sindang, Kecamatan Sindang. Kompleks makam berada
pada pemukiman. Di sebelah selatan, timur, dan utara merupakan pemukiman
penduduk sedangkan di sebelah barat adalah lahan kosong yang
dimanfaatkan untuk kebun. Keadaan makam sudah mengalami dua kali pemugaran. Pemugaran pertama
dilakukan pada tahun 1965 dan yang kedua pada tahun 1985. Semua makam
yang ada telah mengalami perombakan total.
Komplek makam dikelilingi pagar tembok dengan gerbang masuk pada
sisi selatan. Begitu memasuki komplek makam melalui pintu gerbang akan
sampai di serambi depan cungkup makam Arya Wiralodra yang merupakan
bangunan baru. Cungkup tersebut menghadap ke timur. Di dalam cungkup
disekat menjadi dua ruangan yang dihubungkan dengan jalan masuk tanpa
daun pintu. Pintu masuk cungkup langsung menuju ke ruangan sebelah
selatan. Di ruangan ini terdapat makam Ki Tinggil. Dengan melalui pintu
penghubung yang berada di ujung timur sekat ruangan, akan memasuki
ruangan sebelah utara di mana makam Arya Wiralodra I berada. Kedua makam
ini sama-sama sudah direnovasi. Jirat berbentuk berundak berlapis
keramik.
Sebagaimana makam Islam pada umumnya, kedua makam ini
berorientasi utara-selatan. Di sebelah timur laut cungkup kuburan Wiralodra I terdapat cungkup
lainnya yang menghadap ke barat di dalamnya terdapat kuburan Wiralodra
III. Di sekitar ke dua cungkup dijumpai banyak kubur yang merupakan
kuburan para kerabat Wiralodra.
Cerita mengenai Arya Wiralodra, menurut Babad Dermayu, berkaitan
erat dengan pendirian kota Indramayu. Arya Wiralodra disebutkan sebagai
putra ketiga Tumenggung Gagak Singalodra dari daerah Banyuurip, Bagelen,
Jawa Tengah. Kedatangan Wiralodra ke Indramayu, ketika itu belum jadi
kota, disertai Ki Tinggil seoranga Panakwannya. Wiralodra ketika datang
di tepi sungai Cimanuk memilih lokasi untuk membuka hutan di sebelah
barat sungai. Daerah tersebut akhirnya berkembang menjadi perkampungan.
Suatu saat Wiralodra kembali ke Bagelen, Ki Tinggil tetap tinggal di
Cimanuk. Sepeninggal Wiralodra kemudian datang Endang Darma untuk
bermukim di kampung tersebut. Di samping bercocok tanam Endang Darma
mengajarkan ilmu kanuragan (kedigjayaan) kepada masyarakat.
Keberadaan Endang Darma di Cimanuk dilaporkannya oleh Ki Tinggil
kepada Arya Wiralodra. Dengan disertai beberapa saudaranya, Arya
Wiralodra kembali ke Cimanuk. Setelah sampai, bertemu dengan Endang
Darma, Wiralodra mengajak untuk menguji kesaktian dengan catatan bila
Wiralodra kalah dia menjadi pembantu Endang Darma. Sebaliknya bila
Endang Darma kalah, maka ia menjadi istri Wiralodra. Akhirnya Endang
Darma dapat dikalahkan. Akhirnya Arya Wiralodra menjadikan Endang Darma
sebagai istri. Ketika itu Arya Wiralodra adalah wakil kerajaan Sunda
(Galuh) di Cimanuk.
Sumber lain memaparkan bahwa Arya Wiralodra adalah utusan dari
Demak yang ditempatkan di daerah Indramayu (Cimanuk) sebagai bagian dari
strategi Islamisasi yang dilakukan Demak di Pulau Jawa. Selain itu juga
sebagai langkah Politis sehubungan dengan persaingan dagang dengan
Portugis yang saat itu (1511) telah menguasai malaka.
Menurut Babad Dermayu, perubahan nama dari Cimanuk menjadi
Indramayu berkaitan erat dengan istri Arya Wiralodra yang bernama Endang
Darma. Pada suatu waktu Kerajaan Sunda yang mayoritas penduduknya
beragama Hinda-Buddha, mengalami goncangan politik. Penduduk banyak yang
beralih keyakinan ke agama Islam. Sebagian daerah melepaskan diri dari
kekuasaannya, seperti misalnya Cirebon (1521 Masehi). Situasi ini
dimanfaatkan oleh Arya Wiralodra untuk melepaskan diri dari Prabu
Cakraningrat (Raja Galuh) dan kemudian nama Cimanuk diubah menjadi
Indramayu. Nama Indramayu diambil dari nama istri Wira¬lodra Endang
Darma yang juga disebut Darma Ayu. Berdasarkan nama panggi¬lan tersebut,
daerah Cimanuk kemudian disebut Dermayu yang akhir¬nya menjadi
Indramayu. Arya Wiralodra menjadi kepala daerahnya dengan gelar
Indrawijaya. Peristiwa itu terjadi pada 7 Oktober 1527. Tanggal tersebut
oleh pemerintah setempat dijadikan sebagai hari jadi Indramayu.
Dengan memperhatikan latar belakang sejarah tersebut, sangat layak
apabila menjadikan makam Arya Wiralodra sebagai salah satu destinasi
(tujuan) objek wisata budaya di Indramayu. Diharapkan dengan mengunjungi
dan memahami cerita tentang Arya Wiralodra orang akan lebih mengerti
tentang Indramayu.