Makam Buyut Tambi berada di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg pada jalur
jalan Jatibarang-Indramayu.
Morfologi daerah merupakan pedataran rendah. Sekitar situs merupakan
pemukiman padat. Komplek makam berpagar tembok bata setinggi sekitar 2,5
m. Di depan komplek makam merupakan tanah lapang. Gerbang untuk
memasuki komplek makam berada di sisi timur terdiri dua jalan masuk.
Gerbang utama berada di bagian selatan. Di bagian utara terdapat gerbang
lainnya. Kedua gerbang tersebut berbentuk gapura koriagung (gapura
beratap). Bagian atas terdapat hiasan kemuncak berjumlah empat.
Kompleks makam terbagi dalam tiga halaman. Jalan yang berada pada
halaman pertama dan kedua dilengkapi koridor. Di kanan dan kiri koridor
terdapat bangunan terbuka untuk para peziarah. Pada halaman kedua di
sisi utara terdapat mushala. Pada halaman ketiga, hampir seluruhnya
berada pada bangunan terbuka. Pada bagian ini terdapat sekat-sekat untuk
memisahkan para peziarah. Bagian selatan halaman ketiga merupakan
bagian terbuka, terdapat lima kuburan. Makam Buyut Tambi berada di
halaman ketiga, di bagian utara halaman. Makam tersebut berada pada
kamar berdinding keramik. Pintu masuk berada di sisi selatan dalam
keadaan terkunci yang bila dibuka harus sepengetahuan dan seijin Juru
Kunci (Kuncen) karena sangat disakralkan. Pada dinding sisi selatan ini
dihias dengan tempelan piring keramik. Di depan pintu cungkup terdapat
berbagai kelengkapan ziarah seperti tungku pembakaran kemenyan, botol
air, dan benda-benda kecil lainnya.
Latar sejarah Buyut Tambi tidak banyak diketahui. Masyarakat tidak
berani menceritakan sepak terjang Buyut Tambi karena takut terkena
akibat buruk bila yang diceritakannya tidak benar. Sebagian masyarakat
ada yang menyebutkan bahwa Buyut Tambi adalah seorang dalang wayang
kulit. Asal-muasal Buyut Tambi tidak pernah diketahui secara pasti.
Dalah yang kemudian membuka lahan pemukiman yang pada saat itu masih
kosong. Maka, sejak saat itu, berkembang anak-cucu Buyut Tambi di desa
itu. Untuk menghormati almarhum Buyut Tambi, dinamakanlah desa itu
sebagai Desa Tambi.
Meski sebagian besar penduduk desa ini bermata pencaharian sebagai
buruh tani, darah seni yang dimiliki Buyut Tambi ternyata tetap mengalir
kuat. Maka, tidak heran bila di balik penampilan mereka yang sederhana,
tersimpan kemahiran menari, menyanyi, memainkan berbagai alat musik,
memahat, hingga mendalang. Hal yang menarik, penentuan juru kunci makam
Buyut Tambi dilakukan secara lelang. Masa jabatan juru kunci 2 tahun.
Pada saat-saat tertentu masyarakat melakukan munjungan. Keunikan
munjungan ini terletak pada tata ritualnya. Para peziarah makan bersama
di kompleks makam sang leluhur, sambil menyaksikan pentas berbagai
kesenian, macam wayang kulit, tari topeng, tarling, hingga dangdut, para
pemainnya ialah para keluarga, anak cucu Buyut Tambi.
Makam Buyut Tambi sangat ramai dikunjungi para peziarah baik dari
Kabupaten Indramayu tetapi juga dari daerah lainnya, dalam rangka
munjungan maupun sekedar nyekar. Perbedaan antara munjungan dan nyekar
adalah waktu pelaksanaannya. Jika nyekar hanya dilakukan menjelang bulan
Ramadhan, maka munjungan tidak terbatas waktu. Kapan saja bisa. Namun,
yang paling sering dilakukan pada bulan Jumadilakhir dalam penanggalan
Jawa. Bulan Jumadilakhir adalah bulan di saat panen kedua usai setiap
tahun. Sehingga kegiatan munjungan tersebut dapat berjalan lancar. Hal
ini terkait juga dengan biaya yang ditanggung bersama oleh seluruh
keluarga. Pada hari pelaksanaan munjungan, biasanya seluruh keluarga besar,
baik yang berada di wilayah Indramayu sendiri, maupun yang telah
tersebar di lain tempat, akan berdatangan sejak beberapa hari
sebelumnya, untuk mengadakan persiapan. Yang dilakukan adalah pembagian
tugas, persiapan panggung, sampai urutan acara dan siapa saja yang akan
unjuk kebolehan pada hari itu. Maka pada hari yang telah ditentukan,
sejak pagi para keluarga mulai datang berduyun-duyun membawa makanan
khas, seperti tumpeng, ayam panggang, sampai urap (campuran beberapa
macam sayuran rebus yang dibumbui cabai dan parutan kelapa).
Uniknya juga tiap makanan yang dibawa, sebelumnya dilaporkan kepada
salah seorang wakil keluarga yang berada tepat di sisi makam, untuk
diambil sedikit dan ditaruh di atas daun pisang dan diletakkan di dekat
makam yang telah harum karena aroma kemenyan yang dibakar. Makanan itu
kemudian dibawa ke depan panggung, tempat para sanak keluarga telah
berkumpul dengan bawaan masing-masing. Tanpa dikomando lagi, acara demi
acara berjalan dengan lancar. Semua ambil bagian untuk unjuk kebolehan
sesuai urutan yang telah disepakati sebelumnya. Berbagai kesenian
ditampilkan, mulai dari nyanyi, tari, lawak, wayang, dangdut, dan
lain-lain.
Tepat pukul 12.00 WIB semua kegiatan dihentikan sejenak untuk
memulai acara makan siang bersama. Maka berlangsunglah acara
tukar-menukar lauk-pauk sembari diseling sendagurau (guyon). Usai makan
siang, acara pun dilanjutkan hingga malam hari, atau bahkan keesokan
harinya, bila kesenian yang ditampilkan sangat banyak. Semua orang
bersuka-cita pada acara itu, tidak ada isak tangis dan air mata meski
kegiatan dilakukan di komplek makam. Munjungan selain bermakna sebagai
wujud terima kasih kepada almarhum leluhur, juga sekaligus menjadi ajang
reuni keluarga besar yang telah tersebar di segala penjuru. Makam Buyut Tambi selama ini lebih dikenal sebagai objek
peziarahan. Adanya event munjungan ini dapat dijadikan daya tarik
tersendiri kepada para peziarah agar lebih mengenal berbagai kesenian
yang mungkin juga merupakan warisan Buyut Tambi. Oleh karena itu rencana
diadakannya munjungan perlu disebarluaskan sebelum acara dilaksanakan,
agar banyak calon wisatawan terutama domestik yang datang.